Selasa, 11 Oktober 2016

AYAT-AYAT CINTA 2

Hingga saat ini saya belum pernah membaca novel tebal secara detail kalau bukan karya Habiburrahman atau Andrea Hirata. Kedua penulis itu, meskipun berbeda genre, memiliki daya pikat sendiri pada karyanya. Paragraf-paragrafnya mengandung unsur yang menurut saya sarat ilmu atau mengandung unsur emosi dan sayang sekali jika dilewatkan.

Kali ini saya akan membahas Ayat-ayat Cinta 2. Memang bukan buku baru terbit atau baru beli. Buku ini sudah lama nongkronh dirumah, hanya saja saya biarkan suami baca dulu, kalau sudah baru saya yang baca...

Dan... jempol empat ya...

Saya menikmati tidak hanya alur cerita yang unik, namun tiap paragraf dalam novel ini mengandung ilmu pengetahuan tentang Islam yang saya baru tahu, sehingga meskipun suami saya yang lebih dulu membacanya tidak sabar menceritakan alurnya pada saya, itu tidak mengurangi semangat saya untuk membaca paragraf per paragrafnya.

Kalau novel Ayat-Ayat Cinta 1 saya selesaikan dalam sekali duduk, mulai pukul 2 siang hingga 2 malam, istirahat sholat makan saja, karena waktu itu masih single, belum punya kesibukan lain, dan buku harus segera dikembalikan, maka novel yang kedua ini saya membacanya selama 3 hari di sela menemani anak-anak bermain dan saat mereka tidur pada malam hari.

Pada saat membaca novel yang pertama saya masih single, namun pada novel kedua saya sudah menikah. Maka penghayatannya pun menjadi berbeda. Kalau dulu hanya membayangkan, maka sekarang emosinya lebih merasuk.

Tentang alur, singkat saja, intinya dikisahkan Aisha hilang di Palestina, Fahri menikah lagi dengan sepupu Aisha, bernama Hulya.
Karena kejadian, Hulya meninggal dan dia berwasiat sebelum meninggal agar wajahnya ditransplantasikan pada pembantu mereka yang ternyata adalah Aisha. Koq bisa yaa? Makanya baca novelnya dongg!!!

Adapun nama- nama yang berperan dalam novel tersebut adalah Fahri, Paman Hulusi, Brenda, Ny. Catrina, Ny. Janet, Keira, Jason, Misbah, Sabina, Madam Verinka, Hulya, Baruch, Ozan, Claire, prof.charlote, Ju se, Heba, Shaikh Utsman, Suzane, dan tentu saja ada Aisha.

Pesan yang disampaikan melalui kedermawanan Fahri adalah dia sebagai umat Muslim di Edinburgh adalah umat minoritas yang pasti menjadi sorotan jika ada hal kecil saja. Maka jihadnya di jalan Allah diwujudkan dengan kepeduliannya kepada tetangganya meskipun mereka Non Islam, bahkan ada yang terang-terangan memusuhi Islam. Fahri tetap membantu. Bahkan saat harus mengeluarkan uang banyak dan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya sebagai dosen. Dia tidak muluk muluk, hanya ingin menunjukkan bahwa ajaran Islam itu mulia. Rahmatan lil 'alamin.

Secara emosi... tidak mengecewakan, perasaan saya seperti diaduk-aduk, diremas-remas hingga perut terasa tegang. Masya Allah... hanya endingnya yang kalau ibarat senam, cooling downya kurang smooth... eh, tau-tau udah selesai aja... padahal masih dag dig dug hehehe....

sukses untuk author, nunggu karya berikutnya yaa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar