Minggu, 29 Januari 2017

SOFIA BULAN KE-16

Bulan ke-16
Pada kesempatan ini saya sekalian merapel portofolio Sofia.

0 bulan sudah bisa membuat suara selain tangisan
2 bulan sudah mulai bisa diajak tersenyum
3 bulan sudah kenal dengan bunda. Menolak digendong selain ayah dan bunda
4 bulan menunjukkan tanda-tanda minta disuapi, dengan membuka mulut saat didekatkan makanan ke mulut selain itu juga sudah mulai mengambil makanan dan memasukkan makanan ke mulut. Tetapi saya belum memberinya mpasi.
5 bulan mulai tengkurap
6 bulan makan nasi lunak (tidak mau makan bubur)
7 bulan belajar telentang setelah tengkurap
8 bulan mulai hendak merangkak
9 bulan bisa merangkak
11 bulan tumbuh gigi
I12 bulan belajar jalan
>12 bulan
Yang terlihat dominan adalah perkembangan motoriknya.

Suka meniru bunda.
Peka dengan nada. Menari saat mendengar irama tertentu.
Peka dengan perubahan raut muka, tekanan suara saat orang bicara.
Menunjukkan keinginan dengan rengekan, menolak yang tidak disukai.
Mencoba makanan sebelum akhirnya menolak atau menerima.

Kalau diringkas, maka sifat uniknya adalah:
Suka musik, suka gerak badan, suka bicara, suka menangis, ekspresif, suka mencoba makanan baru.
Akrab dengan orang yang sudah benar-benar dikenal, kecuali anak kecil.

FATIH BULAN KE-38

Hari ini di grup HEbAT ada Festifal Portofolio Anak (FPA). Dimana anggota ditantang untuk membuat portofolio anak dan dipost di grup pada tanggal 30 Januari 2017.

Kebetulan hari ini Fatih tepat berusia 38 bulan. Jadi sekalian bikin portofolio untuk diikutkan di FPA HEbAT.

Lingkungan kami akrab dengan berbagai macam alat berat: excavator, grabber, buldoser, traktor besar, crane, molen dan beberapa alat berat lain yang saya sendiri belum tau pasti namanya apa. Hal ini sangat berpengaruh pada Fatih.

Fatih sudah jeli dan bisa menyebutkan nama alat-alat itu jika ditunjukkan gambarnya atau melihat wujud aslinya.

Imajinasinya pun berkembang dengan  menjadikan alat-alat rumah tangga, lego, jepit jemuran, mainan rusak, dan apa saja lalu dirangkai seolah-olah mereka adalah excavator atau grabber, dua alat berat favoritnya. Ini terjadi setiap hari dan nyaris setiap waktu.

Setelah dibelikan mainan excavator dia lebih sering memainkan excavatornya dengan dump truk di pasir.

Pernah juga dia sendiri yang berperan menjadi grabber atau excavator. Lalu menjadikan saya sebagai pabrik gula dan ayahnya yang jadi tebu. Seringkali pula saya melihat dia sendiri yang berperan sebagi grabber yang sedang memindahkan kayu.

Sifat unik lain yang saya temukan pada Fatih adalah dia peka terhadap ekspresi wajah. Ini pertama kali saya temukan pada saat di rumah uti di sumber jeruk, kalisat, jember. Uti memelihara banyak kucing di rumah. Suatu ketika Fatih tampak mengamati seekor kucing. Lalu berkata pada saya,
"Kucingnya gini ya, Nda..." sambil berekspresi menirukan ekspresi kucing.
"Kucingnya gimana, Le?" Saya bertanya lagi untuk meyakinkan bahwa dia sedang menirukan ekspresi kucing.

Lalu dia pun mencoba menirukan lagi. Masya Allah, saya sebenarnya ingin tertawa melihatnya, namun saya tahan. Saya yakin bahwa ini adalah sifat uniknya yang harus saya catat juga.
Pada kesempatan lain, dia juga menirukan dan menceritakan ekspresi wajah-wajah yang dia lihat di buku cerita yang saya bacakan.

Fatih juga peka dengan aroma. Seringkali dia berlari dari dalam rumah saat saya memasak di dapur lalu berkata "Fatih mau... mau....!" Karena mencium aroma masakan. Pernah ada bau gosong entah dari mana, lalu dia bertanya, "Bau apa ini Nda? Kok kaya gini? Kaya jagung bakar. Hmm..."

Setelah hujan reda biasanya kotoran sapi dari kandang yang berjarak 300 meter juga tercium dari rumah. Fatih biasanya berkomentar kalau itu bau kambing.

Dia juga suka berkomentar setelah mencium adiknya,"Adik harum" atau "Adik bau kecut"

Jika mendengar bunyi-bunyian dia selalu mencoba menebak-nebak bunyi apa itu. Bunyi air, angin, petir, suara orang yang kalau kenal disebut namanya, kalau dia tidak kenal dia tanyakan siapa atau dia sebut saja dengan "suara orang".

Sifat unik lain, suka bermain dengan anak-anak sebaya atau lebih besar. Sering mengajak mereka bermain bersama di rumah.

Suka aktivitas fisik: naik sepeda, berlari-lari di tempat yang luas atau lorong-lorong. Suka bermain air dan pasir.

Fatih juga sepertinya tangannya itu susah diam. Seperti "gatal" selalu ingin ngutak atik apa saja. Kalau habis kesabaran, saya yang jadi sasaran praktik: muka saya diremas, dicubit, dibentuk-bentuk.  Waduh... saya pernah menyalurkanya pada permainan play dough eh, nggak taunya malah adonan play dough dimakan.
Selain itu saya sering menyediakan buku khusus untuk coret2, atau kertas untuk digunting. Saya juga masih mencari bagaimana menyalurkan tangannya yang kelebihan energi ini.

Dia suka membantu saya memasak, bahkan sudah pandai memotong tempe dengan ukuran potongan yang sama. Dia juga sering menggunakan peralatan memasak saya untuk berpura-pura memasak. Bahan masakannya adalah lego dan mainan-mainan lainnya. Sering pula dia menggunakan lego atau mainan lain untu membuatkan saya sepotong kue yang cantik. Saya pun berpura-pura menikmatinya.

Kalau diringkas, maka sifat uniknya adalah: suka objek besar, suka mekanik, suka berpura-pura atau memainkan peran, peka terhadap aroma dan suara, suka memasak, suka berteman dan suka aktivitas fisik.

Jumat, 20 Januari 2017

Latihan #2 Mengajak tanpa Menuduh

Setiap kali mengeluhkan perilaku anak-anak, setiap kali pula ingat cerita-cerita orang tua lain tentang anaknya dan perilaku-perilaku masing-masing.

Mendidik anak adalah suatu tugas hingga waktu mereka mencapai aqil baligh yaitu sekitar usia 12 - 15 tahun. Kalau kita melakukan tindakan yang benar, InsyaAllah pada saat anak mencapai usia tersebut, kita sudah tidak perlu lagi direpotkan oleh anak-anak kita.

Bagaimanapun juga, sebagai orang tua yang terus belajar dan berproses untuk menjadi lebih baik, saya masih jatuh bangun dalam mengelola emosi. Berbuat salah lalu berusaha memperbaikinya, dan berusaha agar tidak melakukan kesalahan yang sama, adalah siklus sehari-hari. Bagaimanapun juga, doa adalah satu hal yang tidak pernah boleh ditinggalkan.

Siang ini, Fatih (3y) menumpahkan kacang dari tempatnya saat mencoba membuka kemasannya. Saya tau bahwa sebenarnya dia takut saya marah, dari tingkah lakunya seperti sudah siap hendak dimarahi.

Saat itu, saya memutuskan untuk tidak marah. Saya mengambil jeda sejenak, tarik nafas dulu. Lalu berkata
"Waduh, kacangnya jatuh... ayuk kita ambil satu persatu...." saya mulai memungut. Sofia (15m) turut membantu memungut lalu memasukkan satu ke mulutnya, dan memberikan yang satunya ke saya. Saya pun memujinya,
"Wahh... adik pintar ya, bantu Bunda ambil kacang. Makasih ya dek... "
"Kalau Fatih nulis-nulis Nda..." memang saat itu Fatih memilih untuk mencoret kertas yang dia temukan di lemari. Bunda diam saja. Fatih mengulangi lagi kata-katanya, tapi Bunda tetap diam. Lalu Fatih turun, sambil berkata, "Fatih mau bantu ambil kacang juga ahh..."
"Alhamdulillah... wah, Mas Fatih mau bantu bunda ambil kacang juga, wah... terimakasih ya nakk" kami pun memungutinya bersama.

Biasanya, setiap kesalahan yang dia lakukan, saya selalu menyuruhnya untuk bertanggungjawab. Seperti mengelap yang tumpah, membuang ke tempat sampah, mengembalikan mainan, dll.
Kalimat yang saya gunakan biasanya berupa kalimat perintah.
Seringkali dia menolak dan berakhir dengan saya sendiri yang mempertanggungjawabkan perbuatannya. Belakangan saya mengerti bahwa ternyata ada cara berkomunikasi saya yang harus saya perbaiki.
Anak-anak tidak suka diperintah, atau dituduh seperti kata-kata, "kamu yang menumpahkan " maka saya mencoba mengganti "wah, kacangnya tumpah, ayo kita pungut"
Referensi:
Berbicara Agar Anak Mau Mendengar dan Mendengar Agar Anak Mau Berbicara. Adele Faber & Elaine Mazlish.

Minggu, 15 Januari 2017

Saat Fatih Menolak Mencuci Rambut

Fatih (37m) tidak suka kalau rambutnya dicuci. Kalau ditawari selalu menolak, kalau dicuci diam2 dengan meletakkan shampo di kepala tanpa sepengetahuannya saat mandi, dia marah2 berontak.

Padahal dua hari tidak keramas saja baunya sudah menyengat. Maklum, Fatih suka aktivitas fisik dan main pasir yang kadang dihambur-hamburkan ke kepalanya. Dan seringkali hingga hampir satu minggu Fatih belum jeramas. Sehingga dari jarak dua meter sudah tercium baunya.

Bunda putar otak mencoba beberapa cara:
1. Memberi tahu bahwa rambut yang tidak dicuci maka kuman pun berkumpul disana dan jadi sarang penyakit, maka Fatih menjawab : tidak mau keramas dan tidak mau rambutnya jadi sarang penyakit

2. Merayu keramas, tapi dia tidak mau diguyur dengan gayung, tapi dengan tangan, seperti saat bunda mencuci kepala adiknya (15m). Sudah dilakukan bunda, yang terjadi adalah karena air dari guyuran tangan hanya sedikit, maka malah masuk ke matanya dan dia malah trauma tidak mau keramas lagi.

3. Memberikan pilihan: mau keramas atau rambutnya digundul seperti ipin agar tidak menjadi sarang kuman. Awalnya Fatih memilih untuk memotong rambutnya, di tengah memotong rambut, Fatih mungkin merasa tidak nyaman dengan rambut2 yang jatuh mengenai bahunya sehingga terasa gatal, maka Fatih pun minta keramas saja, saat itu Fatih minta nyiramnya pake tangan saja. Saya turuti. Beberapa hari kemudian saya menawari pilihan itu lagi, dan dia memilih keramas saja. Saya tawari dengan gayung, dia tidak menolak. Asalkan dengan air hangat. Alhamdulillah...

Jumat, 13 Januari 2017

Latihan #1 Saat Bunda Belajar Empati

Hari ini Fatih menangis lagi. Masalahnya Fatih ingin meminjam HP ayahnya. Namun ayahnya tidak mengizinkan karena hp hendak digunakan untuk kepentingan kerja. Fatih pun menangis penuh amarah. Ayahnya tetap tidak peduli.

Saya pun mencoba mengajaknya berbicara

Bunda: mas Fatih, marah ya, soalnya mas fatih mau pinjam HP ayah tapi nggak boleh...

Fatih: (masih menangis)

Bunda: iya mas...? Mas Fatih pengen pinjam HP ayah tapi nggak boleh ya? Terus mas Fatih marah ya...

Fatih: (diam)

Bunda: hmmm ... (perhatian penuh siap mendengarkan jawaban dari Fatih)

Fatih: (tiba-tiba tertawa lalu lari keliar ambil perahu mainan dan dimainkan di dekat ayahnya, seperti berharap agar ayah tertarik dengan mainan Fatih, lalu menyerahkan HPnya ke Fatih)

Bunda: (tertawa)

Ayah: (ikut tertawa) owalah leee... leeee... nih, kalau mau pinjam HP ayahh... hahhaha

(Tertawa bersama)

Penting untuk bisa menerima perasaan anak tanpa mengalihkan kepada hal lain, tanpa menggurui solusi atas permasalahannya karena anak-anak pun memiliki kemampuan menganalisis suatu permasalahan dan mencoba menemukan solusi.

Referensi:
Berbicara Agar Anak Mau Mendengar dan Mendengar Agar Anak Mau Berbicara. Adele Faber & Elaine Mazlish.

Kamis, 12 Januari 2017

Wahai anakku

Waktu akan berlalu dengan cepat.
Kau akan tumbuh mandiri dan dewasa,
Tidak lagi merengek, menggigit, menendang, meludahi bunda dan berbagai kenakalan2x anak kecil yang seringkali membuat bunda gemas...
Kau akan tumbuh dewasa dan tidak lagi memerlukan bantuan bunda untuk sekedar mengambilkan barang, cebok, minum, makan, dan minta gendong...
Ah, tiba2 saja bunda merasa kau sudah besar...
Bunda akan merindukan itu semua...
Cepatlah bangun nak, bunda rindu kamu menangis...
Doakan ya nak... agar bunda bisa tetap bersabar membersamaimu tumbuh dan berkembang,
Doakan ya nak, agar kita bisa berkumpul bersama di surga kelak... kamu, adek, bunda dan ayah... amiin...

Jumat, 06 Januari 2017

Saat Fatih Trauma Makan

Sudah dua hari ini mulut Fatih nyaris tidak tersentuh nasi. Fatih selalu menolak saat ditawari untuk makan nasi. Dia hanya mau makan sayur atau lauknya saja. Dia hanya mau menerima nasi saat malam menjelang tidur. Barangkali karena kelaparan sehingga tidak bisa tidur. Namun kuantitas yang masuk pun hanya sedikit, dua atau tiga sendok saja.

Untuk memenuhi asupan nutrisi, saya pun mencoba mengolah bahan makanan lain yang kira-kira akan diterima Fatih: ubi jalar, sari kedelai, kacang hijau, kue-kue dll. Saya pun memasak menu yang biasanya disukai Fatih: ayam goreng, dadar jagung, rawon, dll.

Saya pun merenung mencoba menelusuri penyebab Fatih menolak makan nasi.

Belakangan saya menyadari bahwa beberapa hari sebelumnya saya melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan pada Fatih. Saya memaksanya makan nasi. Ya rupanya itulah sebabnya akhirnya dia membenci nasi. Astaghfirullah... rupanya dia trauma....
Akankah begini seterusnya?
Astaghfirullah...

Saya pun memperbaiki cara saya dalam memberi asupan nutrisi.

Saya tidak lagi memaksa Fatih untuk makan nasi, tapi dia boleh makan apa saja, kecuali yang tidak boleh.

Membuat suasan makan menyenangkan. Saya lakukan dengan nonton TV. Biasanya saya larang. Kali ini saja.

Memasak menu yang dia sukai: sayur bayam, ayam krispy, usus krispy, ayam panggang bagian yang banyak tulangnya, rawon, dll. Yang penting dia seneng makan dulu. Selain itu saya juga rajin membuat sari kedelai buat jaga2 pas Fatih betul2x tidak ingin makan, maka minum sari kedelai bisa membuat kenyang, sehingga Fatih tidak rewel dan tetap ceria bermain.

Menahan marah-marah. Ini yang berat, pokoknya harus tahan... tahan... agar tidak meluap.

Berdoa... siapa yang bisa menjadikan segala sesuatu kalau bukan Allah? Maka jadikan doa sebagai salah satu ikhtiar wajib.

Alhamdulillah dalam beberapa hari, selera makan Fatih sudah kembali lagi...