Jumat, 20 Januari 2017

Latihan #2 Mengajak tanpa Menuduh

Setiap kali mengeluhkan perilaku anak-anak, setiap kali pula ingat cerita-cerita orang tua lain tentang anaknya dan perilaku-perilaku masing-masing.

Mendidik anak adalah suatu tugas hingga waktu mereka mencapai aqil baligh yaitu sekitar usia 12 - 15 tahun. Kalau kita melakukan tindakan yang benar, InsyaAllah pada saat anak mencapai usia tersebut, kita sudah tidak perlu lagi direpotkan oleh anak-anak kita.

Bagaimanapun juga, sebagai orang tua yang terus belajar dan berproses untuk menjadi lebih baik, saya masih jatuh bangun dalam mengelola emosi. Berbuat salah lalu berusaha memperbaikinya, dan berusaha agar tidak melakukan kesalahan yang sama, adalah siklus sehari-hari. Bagaimanapun juga, doa adalah satu hal yang tidak pernah boleh ditinggalkan.

Siang ini, Fatih (3y) menumpahkan kacang dari tempatnya saat mencoba membuka kemasannya. Saya tau bahwa sebenarnya dia takut saya marah, dari tingkah lakunya seperti sudah siap hendak dimarahi.

Saat itu, saya memutuskan untuk tidak marah. Saya mengambil jeda sejenak, tarik nafas dulu. Lalu berkata
"Waduh, kacangnya jatuh... ayuk kita ambil satu persatu...." saya mulai memungut. Sofia (15m) turut membantu memungut lalu memasukkan satu ke mulutnya, dan memberikan yang satunya ke saya. Saya pun memujinya,
"Wahh... adik pintar ya, bantu Bunda ambil kacang. Makasih ya dek... "
"Kalau Fatih nulis-nulis Nda..." memang saat itu Fatih memilih untuk mencoret kertas yang dia temukan di lemari. Bunda diam saja. Fatih mengulangi lagi kata-katanya, tapi Bunda tetap diam. Lalu Fatih turun, sambil berkata, "Fatih mau bantu ambil kacang juga ahh..."
"Alhamdulillah... wah, Mas Fatih mau bantu bunda ambil kacang juga, wah... terimakasih ya nakk" kami pun memungutinya bersama.

Biasanya, setiap kesalahan yang dia lakukan, saya selalu menyuruhnya untuk bertanggungjawab. Seperti mengelap yang tumpah, membuang ke tempat sampah, mengembalikan mainan, dll.
Kalimat yang saya gunakan biasanya berupa kalimat perintah.
Seringkali dia menolak dan berakhir dengan saya sendiri yang mempertanggungjawabkan perbuatannya. Belakangan saya mengerti bahwa ternyata ada cara berkomunikasi saya yang harus saya perbaiki.
Anak-anak tidak suka diperintah, atau dituduh seperti kata-kata, "kamu yang menumpahkan " maka saya mencoba mengganti "wah, kacangnya tumpah, ayo kita pungut"
Referensi:
Berbicara Agar Anak Mau Mendengar dan Mendengar Agar Anak Mau Berbicara. Adele Faber & Elaine Mazlish.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar