Rabu, 28 September 2016

Panen Terong Bersama Fatih

Belakangan ini Fatih lengket ke Bu Karmi dan mengganggu pekerjaannya. Barangkali Fatih bosan. Maklum bunda juga masih trial eror nyarikan aktivitas apa yang seru untuk Mas Fatih. Niatnya agar setiap aktivitas itu ada tujuannya, tidak hanya untuk mengisi hari.

Akhirnya pilihan jatuh pada pekarangan di rumah. Yaitu karang kitri.

Sebagai 'orang kebun' kami wajib memiliki karang kitri. Saya memanfaatkan karang kitri sebagai sarana belajar untuk Fatih. Nah, kalau biasanya saya menyuruh Bu Karmi, yang biasa bantu-bantu di rumah untuk panen, alhamdulillah hari ini ada kesempatan untuk melakukan sendiri saat Sofia tidur. Saya pun mengajak Fatih untuk turut serta. Saya yang panen, Fatih yang memasukkan ke keranjang.

Alhamdulillah hasil panen Terong lumayan banyak. Ada tiga gulud yang ditanami terong, hasilnya kami dapat satu keranjang terong.
Selain itu kami juga panen koro. Sudah kelewat tua sih, tapi masih bisa diambil bijinya saja untuk diolah.

Semoga Fatih suka yaa...

Selasa, 27 September 2016

TEKNIK HE PRA Aqil Baligh 11-14 Tahun

_RESUME KULWAP GRUP HEbAT JABAR_
📆 23 September 2016
Admin   : bunda Rita
Host       : abah Fikri
Notulen : bunda Artri
Topik      : Materi Pokok 8
SME        : Ust. Adriano Rusfi

Materi: Septi Peni Wulandani

===================
Pada rentang usia pre-aqil baligh 8-14 tahun, orang tua memandu anak untuk "kaya akan gagasan", setelah kaya akan wawasan (0-7 tahun).

Orang tua menjadi teman bermain bagi anak, dan anak mulai bisa mempunyai peran dalam keluarga besar dan komunitas. Pada masa ini, anak boleh bergonta-ganti ide.

Pada masa usia pre-aqil baligh 8-14 tahun, adalah saat untuk menularkan value/nilai dan karakter, karena di usia 7 tahun merupakan masa pembentukan karakter.

Perlu dipahami, bahwa value/nilai keluarga dan karakter tidak bisa diajarkan, namun ditularkan melaui keteladanan.

Pada usia 8-14 tahun, umumnya anak sudah mulai tidak ego sentris.

Pada masa ini anak mulai melihat nilai-nilai sosial, etika-etika dasar dalam ajaran Islam. Pada usia sebelumnya (0-7 tahun) anak sudah mulai diperintahkan shalat.

Rentang usia pendidikan anak usia 8-14 tahun, terbagi pada 2 tahap :

➡Usia 8-10 tahun :

✅mengenal potensi diri,

✅magang/club untuk membuka wawasan sehingga melahirkan gagasan, dan

✅mulai menjalani ibadah syariah.

➡Usia 10-14 tahun :

✅belajar bersama Maestro,

✅magang project,

✅menghebatkan potensi diri, kemandirian, kepemimpinan dan sebagainya.

Anak-anak di jenjang usia 8-14 tahun mulai mengenal “MIMPI apa yang akan dia BANGUN”.

Ada beberapa tahapan yang ditempuh pada fase ini:

✳Pandu anak untuk memahami misi hidupnya dengan cara:

1. Mengajak anak untuk paham “Who am I?”

2. Mengajak anak untuk memahami alam sekitarnya/lingkungannya (kearifan lokal)

3. Mengajak anak untuk memahami zaman saat dia dibesarkan dan prediksi zaman saat anak ‘aqil baligh nanti.

4. Kuatkan aqidah anak akan keberadaan Allah swt.

✳Pandu anak untuk memahami potensi dan bakatnya.

Di bawah ini adalah tahapan yang sudah
dipraktekkan oleh Ibu Septi Peni Wulandani dan Pak Dodik Maryanto kepada anak-anak beliau, dengan tahapan sebagai berikut:

1. Memperbanyak aktifitas anak yang NON-Pelajaran, agar anak cepat menemukan potensi dirinya.

2. Memasukkan anak ke club Talent sesuai dengan potensi yang ditemukan dan diulang terus menerus.

3. Ajak anak menuangkan mimpinya dalam VISION BOARD

4. Memperkenalkan anak kepada beberapa learning model yang berkaitan dengan mimpi anak.

5. Memandu anak-anak untuk membuat Talent based Individual Project.

6. Menularkan Leadership dengan benar.

====================

_Tanya Jawab_

*Keseimbangan fitrah bakat dan fitrah lainnya*
1⃣Bunda Cahya - Bekasi

Ustadz, Naura sulung saya (10 th) Alhamdulillah fitrah bakatnya sudah nampak. Ia suka sekali menggambar dan menulis. Seperti yang pernah sy dengar,  jika semakin diberi beban dan semakin suka, semakin optimis, maka itu bakat.

Nah, Naura pun begitu cuma jadi memakan waktu hingga tugas2nya di rumah jadi terlewat (seringnya jadi nawar, izin tidak mengerjakan) ini bagaimana ya sebaiknya?

Untuk SMPnya, abinya memang berat untuk melepas di pesantren, apalagi kemudian ketika saya melihat ulasan ustz Harry si grup Hebat bahwa sebaiknya anak usia di bawah 15 th masih delidampingi orang tuanya, bulatlah tekad kami untuk tidak mengirim ke pesantren.

Anaknya sendiri sih inginnya HS, tapi sayanya kok merasa belum sanggup ya ustad. Jika misal HS lalu juga diberikan kursus menggambar dan menulis apa itu baik pak? Atau mungkin ada gambaran bagaimana baiknya? Karena jika mengirim ke maestro kok ya sepertinya masih berat (dan belum terbayang bagaimana kegiatannya nanti). Juga ada kekhawatiran jadi bosan di rumah, lalu bagaimana dengan kebutuhannya untuk bergaul dengan teman2nya? (Jika sekolah kan akan bertemu banyak teman..
Mohon pencerahan dari ustz, terima kasih.

1⃣ Bunda Cahya, di Bekasi
Concern pada bakat bukan berarti kita mengabaikan yang lain. Bahkan, sesekali dalam Islam kita diperintahkan untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan fitrah kita, misalnya berperang. Allah memerintahkan manusia berperang, padahal fitrah manusia membenci peperangan.

Oleh karenanya, dalam pengembangan fitrah bakat anak-anak kita, jangan juga kita terlalu mendewa-dewakan fitrah tersebut. Dalam beberapa hal malah bakat itu harus disimpan, disembunyikan dan diinkubasi beberapa waktu, agar kelak bakat tersebut tampil secara optimal pada waktunya. Ada orang-orang yang jenuh dengan bakatnya sendiri, karena pada rentang waktu tertentu terlalu diumbar.

Maka, sampaikanlah pada anak bahwa ada hal-hal yang tak kalah pentingnya daripada bakat, seperti amanat, ibadat, tanggung jawab, kepedulian kemanusiaan dsb. Katakan padanya bahwa kita tak mungkin cuek terhadap bencana di Garut, hanya gara-gara “tak berbakat menolong orang”. Katakan padanya bahwa bakat itu perlu diaktualisasikan sedikit-sedikit. Kita bahkan perlu menyembunyikan bakat, agar rindu pada bakat itu sendiri. Katakan pula padanya bahwa ia sebenarnya punya bakat-bakat lain yang perlu dikembangkan, karena bakat manusia tak hanya satu.

Tentang Homeschooling dan Home Education, tujuan utamanya sebenarnya adalah membangun karakter dan kedewasaan. Dan tak ada tempat yang lebih baik dalam membangun karakter dan kedewasaan daripada rumah dan komunitas tempat tinggalnya sendiri. Jadi, sampai usia 13-15 tahun fokuskanlah untuk pembangunan kedewasaan itu. Pada usia ini bakat perlu ditumbuhkan. Sedangkan pengembangan dan pengayaan bakat baru dilakukan setelah kedewasaan tercapai.

Tentang kebutuhan untuk berteman dan bersosialisasi, itu kan bisa dibangun di mana saja, tak harus di sekolah. Dia bisa mengerjakan proyek-proyek tertentu bersama saudara-saudaranya atau teman-temannya di komunitas. Sosialisasi dan kebersamaan juga bisa dibangun di komunitas-komunitas kursus, belajar bersama kepada mastro tertentu. Atau, dia juga bisa dimasukkan ke SMP dekat rumah yang beban akademiknya tak terlalu besar.


*Perkembangan emosi anak umur 11 tahun*
2⃣ Bunda Tari, Purbalingga

Assalamualaikum mau tanya ustadz,
Anak sy laki2 11th Blm bisa mengelola emosi, gampang marah, ngambek, terutama bila ada anak yg meledek
Sentimentil sekali,
Untuk sholat kadang msh hrs disuruh tp kadang sdh mandiri
Itu dulu bun, matur nuwun

2⃣ Bunda Tari di Purbalingga
Jika anak itu berusia 11 tahun masih memiliki emosi seperti itu, berarti perkembangan emosionalnya cukup terlambat. Ada beberapa kemungkinan : ekspresi emosi di masa lalu terlalu ditahan atau terlalu diumbar, pertumbuhan nuraninya kurang berkembang, gaya ekspresi emosi dalam keluarga cenderung meletup, ada frustrasi-frustasi dalam dirinya terhadap “orang kuat” (orangtua, kakak, guru dsb) sehingga membalasnya ke “orang lemah” (teman, adik, orang miskin dsb.)

Anak-anak dengan emosi yang mudah tersulut berarti punya potensi untuk memiliki kecerdasan emosional kelak. Untuk itu, ia harus dididik : apa jenis emosi yang harus dikeluarkan, seberapa kadar emosi yang tepat, kapan dikeluarkan, kepada siapa diekspresikan, dan di mana seharusnya emosi tersebut di luapkan ?

Anak-anak tipe emosional adalah anak-anak yang harus dididik untuk merasakan “apa akibat luapan emosi itu bagi dirinya sendiri”. Dia harus merasakan akibat dari kemarahannya, murkanya, ngambeknya dsb. Pada dasarnya, mendidik anak-anak yang emosional bukanlah dengan cara mengalah, tapi “membalas” dengan emosi yang setara, namun disadari dan terkontrol. Biarlah anak belajar dari emosinya sendiri.

Emosi yang tak terkendali juga disebabkan karena dia mampu meraih apapun yang dia inginkan lewat emosi. Anak akan mengendalikan emosinya jika ternyata luapan emosi tersebut justru tak menghasilkan apa-apa yang dia harapkan, bahkan sebaliknya. Jadi, jangan pernah menuangkan “bensin” ke emosi anak dengan cara memenuhi keinginan emosionalnya. Kalau anak ibu marah jika diledek, katakan padanya “Orang akan makin hobby meledekmu, jika kamu emosi setiap diledek”.
 ✅

*Menggali potensi anak*
3⃣. Tina, Jabar Raya

Ustadz bagaimana jika anaknya ga mau ngapa-ngapain? Khususnya kalo diminta belajar pelajaran sekolah bahkan ibadah.


Padahal sy tidak menuntut nilai yg bagus di rapot, cukup anak sy mau belajar.
Sy sudah ikhtiar dg mengikutkan ke berbagai eskul yg ada di sekolah (robotik, futsal, les pelajaran dll) tp tetep anaknya ga mau ngapa-ngapain. Malah diem dan nangis kalo sy nasehatin teh.

Bagaimana yah untuk membangkitkan keinginan belajar anak sy? Di rumah dia seneng banget ngasuh anak2 yg usianya dibawah dia dan kata gurunya dia paling seneng kalo ngatur2 aktifitas dlm berkelompok (bukan pengetahuan, ngatur2 doang)

Ayahnya di luar kota dan pulang sebulan sekali.

3⃣ Bunda Tina dari tasikmalaya,
Berarti ananda bukannya nggak mau ngapa-ngapain. Buktinya dia senang banget mengasuh anak-anak yang lebih muda, atau mengatur aktivitas dalam kelompok. Mungkin dia tipe leader, dan nggak suka jadi follower. Feeling saya bilang, dia punya masalah dengan sekolah : dengan guru tertentu, dengan pelajaran sekolah, dengan peraturan sekolah, dengan budaya sekolah dsb. Kalau sumber masalahnya adalah sekolah, maka ekskulpun pasti dia nggak mau. Bahkan boleh jadi melihat pagar sekolahpun dia sudah trauma. Coba dicari penyebabnya : tanyakan dari hati ke hati dengannya, tanyakan pada teman-temannya, konsultasikan dengan gurunya.

Lalu, mari ibu gali potensi anak ibu. Boleh jadi potensinya di social skill (pergaulan) , tapi orangtua tetap saja mengarahkannya ke academic skill (pelajaran). Akhirnya dia frustrasi dan nggak mau ngapa-ngapain. Saya sering bertemu anak semacam ini : Punya bakat sosial yang dahsyat, tapi nggak becus matematika (misalnya), dan orangtuanya (atau gurunya) tak puas dengannya. Percayalah Bunda, anak semacam ini tak cakap akademik, tapi kelak mampu memimpin seribu akademisi. Tentang ayahnya yang pulang sebulan sekali, boleh jadi berpengaruh terhadap motivasi nya ✅

*Menumbuhkan dan menemukan minat anak*
4⃣ Ari-Banyumas

Ustadz, sepupu saya usia nya 12 tahun. Tapi sampai sekarang belum bisa menemukan minatnya. Masih ikut ikutan dengan temannya. Cuman main hp kerjanya.  Kalau ditanya juga masih bingung.
Mungkin akibat dulu waktu kecil sering dilarang larang oleh mbahnya.
Apa yang harus dilakukan untuk agar anak ini menemukan minatnya.

4⃣ Mas/Bunda Ari di Banyumas,
Sering dilarang-larang jelas sangat berpengaruh terhadap motivasi dan minat anak. Karena, cara termudah untuk menghindari larangan adalah : jangan ngapa-ngapain ! Dan seorang Mbah atau siapapun yang berusia di atas 50 tahun, kecenderungannya memang melarang-larang. Manusia manapun juka telah menginjak usia 50 tahun, konservativismenya otomatis meningkat. Makanya saya sering berkata : jangan suka menitip anak pada Mbahnya. Mbah adalah tempat berlibur anak.

Untuk itu, ajak anak tersebut ke alam bersama teman-temannya. Manfaatkan waktu libur untuk melakukan aktivitas di alam terbuka. Biarkan dia dan teman-temannya memilih dan mengorganisir aktivitas tersebut. Amati dan observasi peran yang ia mainkan di kepanitiaan tersebut, analisis pilihan aktivitas yang ia putuskan, dan tanya kenapa ia memutuskan aktivitas tersebut. Amati dan observasi juga aktivitas dan kegembiraannya selama liburan di alam bebas. Biarkan ia mengambil banyak inisiatif, setelah sekian lama dilarang-larang.

Kalau nggak ketemu juga bidang minatnya, di bisa saja diikutkan ke program assessment (tes) bakat-minat. Tes bakat minat yang baik dan valid adalah jika melibatkan : tes orientasi inteligensi, tes orientasi kepribadian, tes hasrat-kebutuhan, dan tes minat. Ikut-ikutan teman juga dapat dianalisis : teman seperti apa yang ia suka ikuti, apa minat teman-teman yang ia ikuti tersebut. Boleh jadi ia memang seorang yang bertipe follower, atau punya masalah kepercayaan diri.


*Menumbuhkan tanggung jawab dan kemandirian pada anak*
5⃣ Bunda retno - Semarang
Bagaimana menumbuhkan tanggungjawab dan kemandirian pd anak yg dominan di otak kanan. Usia 10th

5⃣ Bunda Retno dari Semarang,
Anak dengan dominasi otak kanan pada dasarnya nggak ada masalah dengan tanggung jawab dan kemandirian, selama selisih antara otak kanan dan otak kiri tak terlalu lebar. Tapi jika selisihnya lebih dari dua Standard Deviasi, maka dia akan mengalami kesulitan untuk mandiri dan bertanggung jawab. Karena kemandirian dan tanggung jawab sangat dipengaruhi oleh kekuatan otak kiri. Makanya, jangan sampai anak yang dominan otak kanan lalu diasah otak kanan melulu, sehingga pengembangan otak kiri terabaikan. Akhirnya tumbuhlah anak-anak yang cenderung semaunya sendiri. Jadi, konsep strength-based education perlu dipahami proporsional.

Untuk itu, anak yang tunbuh seperti ini berikanlah kepadanya hal-hal yang justru agak berbau otak kiri, seperti peraturan, tugas, target kerja, konsekuensi, beban tanggung jawab, SOP dan sebagainya. Cuma, untuk anak dengan tipe otak kanan harus diseimbangkan antara peraturan dengan kebijaksanaan, tanggung jawab dengan kebebasan, SOP dengan inovasi dsb. Untuk anak tipe otak kanan, dia harus diarahkan melalui proyek-proyek yang melibatkan 3 hal : prosesnya bagaimana, hasilnya apa dan kapan, manfaatnya seperti apa...


*Fitrah perkembangan pre aqil baligh*
6⃣Rita, Jabar Raya
Ustadz, putri kami ada yg sdh berusia 13 & 11 tahun, tapi masih senang permainan yg menurut saya harusnya sudah lewat untuk usianya.  Seperti  tak malu hujan"an, main rumah-rumahan bersama adiknya yg usia 9&6 th. Bahkan pernah yang usia 13 th seret mobil"an adiknya di jalan depan rumah saya liat adiknya ga ada. Tapi sudah senang bersolek sih. Pekerjaan rumah juga sudah biasa, minat dan bakat sdh terungkap dan terlihat.
Pertanyaan nya:
 Masih wajarkah permainan demikian  diusia seperti itu ?

6⃣ Bunda Rita dari Banjar,
Untuk anak seusianya pada masa sekarang, hal semacam itu masih cukup wajar. Pada dasarnya setiuap manusia senang bermain dan menikmati masa kanak-kanak. Saya rasa sayapun sampai sekarang masih suka menikmati permainan anak-anak masa lalu hehehe... Saya pernah beberapa kali main congklak dengan anak-anak. Bahkan saya yang meminta.

Apalagi jika digambarkan bahwa ciri “keremajaannya” juga sudah tampak. Berarti sebenarnya tak terlalu masalah. Masalah baru mulai muncul jika perilaku kekanakan tersebut ternyata masih muncul dengan kuat di atas usia 15 tahun.

Untuk itu, pendidikan aqil-baligh perlu diperkuat ✅

===============
Sumber : Grup HEbAT Malang

TEKNIK HE PRE AQIL BALIGH 11-14 TAHUN

Materi: Septi Peni Wulandani

===================
Pada rentang usia pre-aqil baligh 8-14 tahun, orang tua memandu anak untuk "kaya akan gagasan", setelah kaya akan wawasan (0-7 tahun).

Orang tua menjadi teman bermain bagi anak, dan anak mulai bisa mempunyai peran dalam keluarga besar dan komunitas. Pada masa ini, anak boleh bergonta-ganti ide.

Pada masa usia pre-aqil baligh 8-14 tahun, adalah saat untuk menularkan value/nilai dan karakter, karena di usia 7 tahun merupakan masa pembentukan karakter.

Perlu dipahami, bahwa value/nilai keluarga dan karakter tidak bisa diajarkan, namun ditularkan melaui keteladanan.

Pada usia 8-14 tahun, umumnya anak sudah mulai tidak ego sentris.

Pada masa ini anak mulai melihat nilai-nilai sosial, etika-etika dasar dalam ajaran Islam. Pada usia sebelumnya (0-7 tahun) anak sudah mulai diperintahkan shalat.

Rentang usia pendidikan anak usia 8-14 tahun, terbagi pada 2 tahap :

➡Usia 8-10 tahun :

✅mengenal potensi diri,

✅magang/club untuk membuka wawasan sehingga melahirkan gagasan, dan

✅mulai menjalani ibadah syariah.

➡Usia 10-14 tahun :

✅belajar bersama Maestro,

✅magang project,

✅menghebatkan potensi diri, kemandirian, kepemimpinan dan sebagainya.

Anak-anak di jenjang usia 8-14 tahun mulai mengenal “MIMPI apa yang akan dia BANGUN”.

Ada beberapa tahapan yang ditempuh pada fase ini:

✳Pandu anak untuk memahami misi hidupnya dengan cara:

1. Mengajak anak untuk paham “Who am I?”

2. Mengajak anak untuk memahami alam sekitarnya/lingkungannya (kearifan lokal)

3. Mengajak anak untuk memahami zaman saat dia dibesarkan dan prediksi zaman saat anak ‘aqil baligh nanti.

4. Kuatkan aqidah anak akan keberadaan Allah swt.

✳Pandu anak untuk memahami potensi dan bakatnya.

Di bawah ini adalah tahapan yang sudah
dipraktekkan oleh Ibu Septi Peni Wulandani dan Pak Dodik Maryanto kepada anak-anak beliau, dengan tahapan sebagai berikut:

1. Memperbanyak aktifitas anak yang NON-Pelajaran, agar anak cepat menemukan potensi dirinya.

2. Memasukkan anak ke club Talent sesuai dengan potensi yang ditemukan dan diulang terus menerus.

3. Ajak anak menuangkan mimpinya dalam VISION BOARD

4. Memperkenalkan anak kepada beberapa learning model yang berkaitan dengan mimpi anak.

5. Memandu anak-anak untuk membuat Talent based Individual Project.

6. Menularkan Leadership dengan benar.

====================
TANYA
1⃣Bunda Cahya - Bekasi

Ustadz, Naura sulung saya (10 th) Alhamdulillah fitrah bakatnya sudah nampak. Ia suka sekali menggambar dan menulis. Seperti yang pernah sy dengar,  jika semakin diberi beban dan semakin suka, semakin optimis, maka itu bakat.

Nah, Naura pun begitu cuma jadi memakan waktu hingga tugas2nya di rumah jadi terlewat (seringnya jadi nawar, izin tidak mengerjakan) ini bagaimana ya sebaiknya?

Untuk SMPnya, abinya memang berat untuk melepas di pesantren, apalagi kemudian ketika saya melihat ulasan ustz Harry si grup Hebat bahwa sebaiknya anak usia di bawah 15 th masih delidampingi orang tuanya, bulatlah tekad kami untuk tidak mengirim ke pesantren.

Anaknya sendiri sih inginnya HS, tapi sayanya kok merasa belum sanggup ya ustad. Jika misal HS lalu juga diberikan kursus menggambar dan menulis apa itu baik pak? Atau mungkin ada gambaran bagaimana baiknya? Karena jika mengirim ke maestro kok ya sepertinya masih berat (dan belum terbayang bagaimana kegiatannya nanti). Juga ada kekhawatiran jadi bosan di rumah, lalu bagaimana dengan kebutuhannya untuk bergaul dengan teman2nya? (Jika sekolah kan akan bertemu banyak teman..
Mohon pencerahan dari ustz, terima kasih.

JAWAB
Ustadz Adriano Rusfi
1⃣ Bunda Cahya, di Bekasi
Concern pada bakat bukan berarti kita mengabaikan yang lain. Bahkan, sesekali dalam Islam kita diperintahkan untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan fitrah kita, misalnya berperang. Allah memerintahkan manusia berperang, padahal fitrah manusia membenci peperangan.

Oleh karenanya, dalam pengembangan fitrah bakat anak-anak kita, jangan juga kita terlalu mendewa-dewakan fitrah tersebut. Dalam beberapa hal malah bakat itu harus disimpan, disembunyikan dan diinkubasi beberapa waktu, agar kelak bakat tersebut tampil secara optimal pada waktunya. Ada orang-orang yang jenuh dengan bakatnya sendiri, karena pada rentang waktu tertentu terlalu diumbar.

Maka, sampaikanlah pada anak bahwa ada hal-hal yang tak kalah pentingnya daripada bakat, seperti amanat, ibadat, tanggung jawab, kepedulian kemanusiaan dsb. Katakan padanya bahwa kita tak mungkin cuek terhadap bencana di Garut, hanya gara-gara “tak berbakat menolong orang”. Katakan padanya bahwa bakat itu perlu diaktualisasikan sedikit-sedikit. Kita bahkan perlu menyembunyikan bakat, agar rindu pada bakat itu sendiri. Katakan pula padanya bahwa ia sebenarnya punya bakat-bakat lain yang perlu dikembangkan, karena bakat manusia tak hanya satu.

Tentang Homeschooling dan Home Education, tujuan utamanya sebenarnya adalah membangun karakter dan kedewasaan. Dan tak ada tempat yang lebih baik dalam membangun karakter dan kedewasaan daripada rumah dan komunitas tempat tinggalnya sendiri. Jadi, sampai usia 13-15 tahun fokuskanlah untuk pembangunan kedewasaan itu. Pada usia ini bakat perlu ditumbuhkan. Sedangkan pengembangan dan pengayaan bakat baru dilakukan setelah kedewasaan tercapai.

Tentang kebutuhan untuk berteman dan bersosialisasi, itu kan bisa dibangun di mana saja, tak harus di sekolah. Dia bisa mengerjakan proyek-proyek tertentu bersama saudara-saudaranya atau teman-temannya di komunitas. Sosialisasi dan kebersamaan juga bisa dibangun di komunitas-komunitas kursus, belajar bersama kepada mastro tertentu. Atau, dia juga bisa dimasukkan ke SMP dekat rumah yang beban akademiknya tak terlalu besar.✅

TANYA
2⃣ Bunda Tari, Purbalingga
Assalamualaikum mau tanya ustadz,
Anak sy laki2 11th Blm bisa mengelola emosi, gampang marah, ngambek, terutama bila ada anak yg meledek
Sentimentil sekali,
Untuk sholat kadang msh hrs disuruh tp kadang sdh mandiri
Itu dulu bun, matur nuwun

JAWAB
2⃣ Bunda Tari di Purbalingga
Jika anak itu berusia 11 tahun masih memiliki emosi seperti itu, berarti perkembangan emosionalnya cukup terlambat. Ada beberapa kemungkinan : ekspresi emosi di masa lalu terlalu ditahan atau terlalu diumbar, pertumbuhan nuraninya kurang berkembang, gaya ekspresi emosi dalam keluarga cenderung meletup, ada frustrasi-frustasi dalam dirinya terhadap “orang kuat” (orangtua, kakak, guru dsb) sehingga membalasnya ke “orang lemah” (teman, adik, orang miskin dsb.)

Anak-anak dengan emosi yang mudah tersulut berarti punya potensi untuk memiliki kecerdasan emosional kelak. Untuk itu, ia harus dididik : apa jenis emosi yang harus dikeluarkan, seberapa kadar emosi yang tepat, kapan dikeluarkan, kepada siapa diekspresikan, dan di mana seharusnya emosi tersebut di luapkan ?

Anak-anak tipe emosional adalah anak-anak yang harus dididik untuk merasakan “apa akibat luapan emosi itu bagi dirinya sendiri”. Dia harus merasakan akibat dari kemarahannya, murkanya, ngambeknya dsb. Pada dasarnya, mendidik anak-anak yang emosional bukanlah dengan cara mengalah, tapi “membalas” dengan emosi yang setara, namun disadari dan terkontrol. Biarlah anak belajar dari emosinya sendiri.

Emosi yang tak terkendali juga disebabkan karena dia mampu meraih apapun yang dia inginkan lewat emosi. Anak akan mengendalikan emosinya jika ternyata luapan emosi tersebut justru tak menghasilkan apa-apa yang dia harapkan, bahkan sebaliknya. Jadi, jangan pernah menuangkan “bensin” ke emosi anak dengan cara memenuhi keinginan emosionalnya. Kalau anak ibu marah jika diledek, katakan padanya “Orang akan makin hobby meledekmu, jika kamu emosi setiap diledek”. ✅

Sumber: Grup HEbAT Malang

CARA CERDAS MENGHUKUM ANAK

*Oleh: Dr. Jasim Muhammad Al-Muthawwa' (Pakar Parenting dari Kuwait)*

Cara cerdas menghukum anak?

Seorang ibu berkata: "Saya memiliki dua orang anak, pertama berusia 6 tahun dan yang kedua 9 tahun, saya bosan terlalu sering menghukum mereka karena hukuman _(iqob)_ tidak ada manfaatnya, kira-kira apa yg harus aku lakukan?".

Saya berkata: "Apakah anda sudah mencoba metode memilih hukuman?
Ibu tersebut menjawab: "Saya tidak  paham, bagaimana itu?"

Saya jawab: "Sebelum saya jelaskan metode ini, ada sebuah kaidah penting dalam meluruskan perilaku anak yang harus kita sepakati, bahwa setiap jenjang usia anak memiliki metode pendidikan tertentu. Semakin besar anak akan membutuhkan  berbagai metode dalam berinteraksi dengannya. Namun, anda akan mendapati bahwa metode memilih hukuman cocok untuk semua usia dan memberikan hasil yang positif".

Sebelum menerapkan metode ini kita harus memastikan, apakah anak melakukan kesalahan karena tidak tahu (tanpa sengaja), jika kondisinya seperti ini tidak perlu dihukum namun cukup diingatkan kesalahannya.

Tetapi jika kesalahannya diulangi atau melakukannya dengan sengaja, kita bisa menghukumnya dengan banyak cara diantaranya tidak memberinya hak-hak istimewa, memarahinya dengan syarat bukan sebagai pelampiasan( balas dendam) dan jangan memukul.

Kita juga bisa menggunakan *Metode Memilih Hukuman*.

Idenya begini, kita meminta anak duduk merenung, dan  memikirkan tiga jenis hukuman yang diusulkan kepada kita seperti: tidak diberi uang jajan, tidak boleh bermain ke rumah temannya selama seminggu, atau tidak boleh menggunakan handphone selama sehari.
Kemudian kita pilih salah satu untuk kita jatuhkan padanya.

Ketika tiga hukuman tidak sesuai dengan keinginan orang tua, contohnya: tidur, atau diam selama satu jam atau merapikan kamar, maka kita minta dia untuk mencari lagi tiga hukuman lain.

Ibu ini menyela: "Tapi kadang hukuman-hukuman yang diusulkan tersebut tidak memberi efek/tidak membuat anak sadar juga!"

Saya katakan: "Kita harus membedakan antara _ta'dib_ (mendidik) dengan _ta'dzib_ (menyiksa)!".

Tujuan _ta'dib_ adalah meluruskan perilaku yang salah pada anak dan ini butuh kesabaran,  pengawasan _(mutaba'ah)_, dialog dan nasehat yang terus-menerus.

Sedangkan berteriak didepan anak atau memukulnya dengan keras, ini _ta'dzib_ bukan _ta'dib_; karena kita menghukum anak tidak sesuai dengan kadar kesalahan yang dilakukan tapi berlebihan, sebab disertai dengan marah. Disebabkan kita banyak tekanan hidup lalu kita lampiaskan kepada anak dan anak jadi korban. Kemudian kita menyesal setelah menghukum mereka atas ketergesaan kita.

Kemudian saya berkata: Saya tambahkan hal penting, ketika anda berkata kepada anak anda: Masuk kamar, merenung dan dan pikirlah tiga jenis hukuman dan saya pilihkan satu untukmu.  sikap seperti ini adalah merupakan pendidikan _(ta'dib)_ untuk sendirinya karena ada dialog batin dengan dirinya, antara anak yang melakukan kesalahan dengan dirinya. Ini merupakan tindakan yang baik untuk meluruskan perilaku anak dan memperbaiki kesalahan yg telah diperbuat.

Si Ibu berkata: "Demi Allah, ide yang bagus, saya akan coba".

Saya bilang: "Saya sendiri telah mencobanya, bermanfaat dan berhasil. Banyak juga keluarga yang mencoba menerapkannya dan ampuh juga hasilnya".

Karena ketika anak memilih hukuman sendiri dan melaksanakannya. Maka sesungguhnya kita telah menjadikannya berperang dengan kesalahannya, bukan ketegangan dengan orang tuanya, disamping kita bisa menjaga  ikatan cinta orang tua dengan anak.

Selain itu kita telah menghormati pribadi anak dan menjaga kemanusiaannya tanpa menghina ataupun merendahkannya.

Siapa yang merenungkan metode _ta'dib_ Rasululllah _shallahu 'alaihi wa sallam_ terhadap orang yang melakukan kesalahan maka akan didapati bahwa beliau menta'dib dengan menghormati, menghargai dan tidak merendahkannya.

Kita menemukannya dalam kisah wanita Ghamidiyah yang berzina dan minta di rajam, salah seorang sahabat mencelanya lalu Rasulullah bersabda: "Sungguh dia telah bertaubat, andai (taubatnya) dibagikan dengan penduduk madinah, niscaya mencukupi".
Sikap menghormati pelaku kesalahan harus tetap ada selama dalam proses _ta'dib_.

Si ibu tadi pergi dan kembali lagi setelah  sebulan. Dia bertutur: " Metode ini benar-benar ampuh diterapkan pada anak-anak saya, sekarang saya jarang emosi, dan mereka memilih hukuman sendiri dan melaksanakannya. Saya berterima kasih atas ide ini, tapi saya mau bertanya dari mana anda mendapatkan metode cemerlang ini?"

Saya jawab: "Saya ambil dari metode Al-Qur'an dalam mendidik _(ta'dib)_.

Allah _subhanahu wata'ala_memberikan tiga pilihan hukuman kepada orang yang melakukan dosa dan kesalahan, seperti kafarat bagi orang yang menggauli istrinya disiang hari bulan Ramadhan, kafarat sumpah dan kafarat lainnya, yaitu: memerdekakan budak, atau puasa atau memberikan sedekah. Syariat Islam memberikan tiga pilihan bagi pelaku kesalahan ini. Metode mendidik yang sangat indah".

Ibu berkata: "Jadi ini metode pendidikan Al-Qur'an?"

Saya jawab: "Betul, sesungguhnya Al-Qur'an dan As-Sunnah memiliki banyak metode pendidikan yang luar biasa dalam meluruskan perilaku manusia, baik anak kecil maupun orang dewasa; karena Allah yang menciptakan jiwa-jiwa dan Dia lebih tahu apa yang pantas dan metode apa yg cocok bagi jiwa-jiwa tersebut. Metode mendidik sangat banyak diantaranya 'metode memilih hukuman' yang telah dijelaskan".

Lalu si ibu tadi pergi dalam keadaan bahagia memperbaiki anak-anaknya dan bertambah cinta pada rumahnya.

*#Kuttab Al Fatih Surabaya#*

Sumber: grup HEbaT Malang

Konsep Pendidikan Pre Aqil Baligh 8-10 Tahun (bag ke-2)

TANYA
*Masa Egosentris*
3. Bunda Ati (Mataram) dan Bunda Nutty (Bandung.2)

Assalammu'alaikum...
1. Bagaimana kriterianya ego sentris dikategorikan "terpuaskan"?

2. Bagaimana kalau usia 8.5 tahun, anak belum terpuaskan masa egocentrisnya, karena jarak usia yg  berdekatan, sehingga pada usia 3-7 tahun si anak "terpaksa" berbagi dg adiknya.

JAWAB
3⃣bunda Ati dan bunda Nutty yang baik di Bandung,
1. Ego sentris ini kalau di konsep fitrah masuk kepada aspek fitrah individualitas yang puncaknya terjadi pada usia 0-7 tahun. Kategori terpuaskan adalah apabila semua hak anak pada usia 0-7 terpenuhi dengan baik. Misalnya hak untuk tidak dipaksa patuh tetapi hak untuk bermain bersama ayah bundanya sehingga terinspirasi untuk patuh, hak untuk tidak diperintah sholat dan berjilbab tetapi hak untuk diinspirasi keindahan sholat dan keindahan adab menutup aurat, hak untuk tidak dipaksa berbagi tetapi hak untuk dipuaskan kepemilikannya dan diinspirasikan adab keindahan berbagi melalui kisah atau keteladanan, hak untuk tidak diciderai dan dipaksa merubah sifat keunikannya karena dianggap tidak beradab, tetapi dihargai sifat keunikannya dengan panggilan panggilan yang positif. Misalnya jika keras kepala dan susah diatur maka panggilah dengan si pemimpin, jika kepo dan sok tahu, panggilah dengan panggilan si eksplorer, jika cerewet dan bawel panggilah dengan panggilan si komunikator hebat, jika cengeng dan sensitif, maka panggilah dengan panggilan si sastrawan dstnya.

2. Prosesnya selalu diulang. Berikan kotak khusus untuk barang2 pribadinya, ajak jalan berdua saja dengan ayah atau bunda tanpa adiknya, berikan kepercayaan untuk mengambil keputusan dengan berani (biasanya jika egonya tidak terpuaskan, maka ananda umumnya menjadi peragu dan tidak pede) , beri kesempatan untuk memilih walau salah hargai saja dsbnya ✅

TANYA
*Tentang Fitrah&Bakat*
4⃣ Bunda Risky dan bunda Indri (Bandung), bunda Inggrid dan bunda Arny (Bekasi)

Bismillaah...
1. Mau Tanya Ustadz. Kalo pada usia 0-7 tahun fitrah2nya tidak/belum berkembang Secara baik apakah Masih bisa berkembang baik Di usia 8-10?

2. Bagaimana ciri ciri anak usia 10 tahun yg telah kenal dirinya (fitrah bakat) dengan baik? nuhun

3. Tentang tipsnya, bgmn cara jitu orgtua utk memaksimalkan fitrah bakat anak yg sdh berumur 10 thn tp blm benar2 menemukan passion anak, krn melihat anak jg masih setengah2 saja dlm melakukan sesuatu, mgkn krn ortu blm faham benar cara maksimal dlm memberikan stimulus2 kpd anak.
-----------------------
Di saat yg sama, pada usia 7 tahun, fitrah belajar dan fitrah bakat juga mulai dibangkitkan dengan beragam aktifitas yg menjadi minat dan passionnya. Anak jika merasa nyaman dg diri dan lingkungannya ia akan menyerap lebih banyak informasi, belajar, tumbuh mengembangkan bakatnya.

4. Bgmn jika anak kurang percaya diri (masih menjadi follower teman2 lingkungannya). Hingga minat bakat yg sebenarnya tidak tergali.

5. Bgmn memunculkan diri anak2 yg seperti ini, di lingkungan sekolah?

Jazakumulloh khairon katsiiran

JAWAB
: 4⃣bunda RIsky, bunda Indri, bunda Inggrid, bunda Amy yang baik,
1. Selalu ada kesempatan untuk menumbuhkan fitrah atau mengembalikan fitrah
2. Fitrah bakat ini diawali dengan membantu anak mengenal sifat uniknya, misalnya suka bersih bersih, suka memerintah dsbnya.Dokumentasikan dalam portfolio anak. Kemudian usia 7-19 tahun bantu mereka dengan banyak aktifitas yang relevan dengan sifat uniknya itu. Istilah bunda Septi adalah melakukan Tour de Talents. Nanti di usia 10 atau 11 tahun mulai mengerucut menjadi peran peran spesifik yang siap dimagangkan.
Jika dia sulit mengenal dirinya, maka bantulah untuk mengenal sifat uniknya terlebih dulu. Ciri anak yang sudah mengenal fitrah bakatnya adalah dia melakukan aktifitas dengan 4E (enjoy, easy, excellent, earn). Jika ingin memulai aktifitas sangat ditunggu2, jika melakukannya maka seolah waktu berhenti berputar, jika selesai maka tidak mengatakan "akhirnya selesai juga".
3. Bantulah untuk menelusuri sifat2 uniknya sejak lahir. Lalu bersama2 mengingat2 aktifitas produktif yang sangat disukai. Pancing dengan melakukan tour de talents. Alamiah saja, rileks dan tetap optimis.
4. Minat Bakat itu tidak selalu terkait dengan bidang2 yang terkait fisik, misalnya memasak, menari, olahraga dstnya. Ada juga minat bakat yang terkait dengan sifat sifat, misalnya suka mengatur, suka berkolaborasi, suka guyub, suka berfikir, suka mendidik, suka berimajinasi, dsbnya. Tidak percaya diri muncul karena tidak kenal diri, maka bantulah anak untuk kenal diri, nanti percaya dirinya tumbuh. Jangan menyuruhnya untuk percaya diri sebelum kita membantunya mengenal dirinya.
5. Di sekolah umumnya fitrah bakat tidak terlalu dikembangkan karena pendekatannya masih penyeragaman. Di beberapa sekolah memang ada yang fokus pada pengembangan bakat dan tidak memaksa anak untuk hebat dalam semua bidang akademis. Maka sekolah harus merubah mindsetnya dari fabric based ke potency based. ✅

TANYA
*Imaji Positif tentang Ibadah*
5⃣ bunda Desty (Bandung.2), Yuli DS (DKI Jakarta) dan bunda Dita (Semarang)

1. Anak sy kls 4 sudah mau 10 thn, tapi blm mau aja disunat. Pdhl sudah dikasih wejangan terkait hal tsb. Bagaimana menyikapinya?

2. Pada usia berapa sebaiknya anak dikenalkan (melihat proses ) penyembelihan hewan qurban?

3. Mengenai aktifitas di masyarakat. Usia mulai 7 thn yg disebutkan di materi kulwap di atas, apakah contoh2nya?

4. Apa maksudnya anak ada baiknya mulai diajak orang tua pd kegiatan kemasyarakatan mulai usia ini atau bgmn pak?

Terima kasih penjelasannya pak Harry..

JAWAB
5.⃣bunda Desty, bunda Yuli DS, bunda Dita yang baik,
1. Barangkali pernah ditakut2i atau trauma? Jika tidak barangkali perlu waktu agak lama untuk membangkitkan gairah cintanya pada Allah, bahwa ini adalah perintah Allah. Dalam banyak kasus, semakin besar semakin malu bila tidak disunnat. Tapi pengalaman saya dengan anak anak adalah menyertakan mereka dalam khitanan masal atau khitanan di geng mereka, insyaAllah semangat. Semua anak saya dikhitan bareng komunitas, bahkan yang no 2 bareng anak anak yatim.
2. Saya pribadi keberatan untuk anak usia di bawah 7 tahun, selain fitrah mereka masih rentan dan banyak ulama menganjurkan untuk tidak memperlihatkan kengerian, juga buat apa? saya tidak melihat gunanya. Untuk anak di atas 7 tahun, mungkin kasus per kasus tergantung kesiapan anak. Anak saya yang pertama, Qurban pertamanya saat dia usia 8 tahun, sempat 2 hari di rumah dan akrab dengannya. Lalu pada hari pemotongan, dia menangis terisak2 karena kasihan dengan peliharaannya. Ini diluar dugaan, karena dia sudah tahu bahwa akan diQurbankan dan dagingnya dibagikan kepada faqir miskin. Alhamdulillah akhirnya dia ridha juga.
Ada kasus lain, anak seorang ustadz berusia 4 tahun sampai trauma dan mengompol melihat kambing disembelih. Jadi saran saya sebaiknya tidak untuk anak di bawah 7 tahun dan kasus per kasus untuk anak di atas usia 7 tahun, tergantung kondisi dan kesiapannya. Gunakan nurani kita dan gunakan pertanyaan fitri, yaitu apakah anak butuh, bukan apakah anak mampu.
3 dan 4. Anak sudah masuk pada fase fitrah sosialitas, sholat sudah mulai diperintah (perintah bagi ortu untuk memerintahkan, bagi anak belum sebagai kewajiban). Maka sebaiknya Anak lelaki dituntun ayah untuk masuk ke lingkungan sosial spt sholat berjamaah, pengajian Bapak Bapak, dikenalkan aktifitas sosial dan profesional ayah dsbnya. Kenalkan anak lelaki pada peran peran kelelakian dan keayahan.
Bagi anak perempuan juga sama, tetapi lebih kepada peran peran sosial keperempuanan dan keibuan seperti mengurus rumah, memasak, bersosial dalam bidang keperempuanan dstnya✅

TANYA
*Fitrah Egosentris*
6⃣ Bunda Eka (Ampenan, Lombok)

Bagaimana menkondisikan anak yang tidak mau sholat dikala bundanya sedang haid. Sudah dijelaskan ttg masalah haid dan dewasa. Apa hrs berbohong?
(anak perempuan 6 thn)

JAWAB
6⃣bunda Eka yang baik di Lombok,

Anak usia 6 tahun belum diperintahkan sholat, mereka pada fase dibangun kecintaannya pada Allah, RasulNya dan Islam. Jadi bunda bukan berbohong, jika bunda menginspirasinya untuk sholat dengan mengenakan mukena tiap waktu sholat tiba dan mengajaknya sholat walau sedang haidh. Anak mungkin mengerti haidh tetapi dia tidak detil memahami waktu siklus haidh. Teladankan dan suasanakan saja kecintaannya pada Allah. Targetnya bukan tertib sholat dan bacaannya, namun targetnya dia suka sama sholat atau bentuk peribadahan pada Allah (sebagai pendidikan adab kepada Allah)  ✅

Sumber: grup HEbaT Malang

Konsep Pendidikan Pre Aqil Baligh 8-10 Tahun (bag ke-1)

Subject Matter Expert (SME): Ust. Harry Santosa
___________________________

Malam ini kita akan membahas konsep pendidikan berbasis potensi fitrah dan akhlak, untuk periode pre aqil baligh (usia 8-10 tahun). Tentu tahap 8-10 ini akan lebih mudah kita jalani apabila tahap 0-7, pertumbuhan fitrah keimanan, fitrah bakat, fitrah belajar anak anak kita berkembang secara utuh.

Baik teori psikologi perkembangan anak, maupun perjalanan sirah Nabwiyah, melihat usia 8-10 atau ada juga yg menulis 7-10 merupakan penentu kesiapan tahap latih di usia 11-14 menuju aqil baligh.

Secara syariah, fitrah keimanan, ditandai dengan perintah sholat yg dimulai ketika usia 7 tahun, dan batas penyadarannya sampai di usia 10 tahun. Bila di usia 10 tahun masih belum tumbuh fitrah keimanannya dgn sholat sbg wujud simbolnya maka boleh dipukul. Fase keimanan Rububiyatullah (kholiqon, roziqon, malikan), bergeser meningkat ke Mulkiyatullah (waliyan dan hakiman). Wujudnya adalah perintah sholat.

Ketika ego sentrisnya terpuaskan di usia 0-6 tahun, maka di usia 7 tahun mulai melebar kepada sosial dan tanggungjawab moral. Maka di saat yg sama, anak2 harus dibangkitkan fitrah keimanannya pd aspek ketaatan pd hukum (hakiman) dan ketaatan/kecintaan tunggal (waliyan).

Secara fitrah perkembangan, usia 7 tahun, anak2 mulai mengenal nilai2 sosial di sekitarnya. Maka mereka mulai mengenal Allah sebagai pembuat hukum dan Zat yg harus ditaati secara totalitas. Di saat yg sama, pada usia 7 tahun, fitrah belajar dan fitrah bakat juga mulai dibangkitkan dengan beragam aktifitas yg menjadi minat dan passionnya. Pada tahap ini perbanyak aktifitas belajar di masyarakat dan aktifitas yg sesuai kepribadiannya. Agar di usia 10 tahun, ketiga fitrah ini (fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat) sudah matang untuk dilatih secara serius.

Usia 10 adalah batas evaluasi apakah sdh kenal Allah dengan baik (sholat dgn kesadaran) dan kenal diri dengan baik (ku tahu yg ku mau). Para Pelatih FIFA, juga menjadikan usia 10 tahun sebagai batas dari latihan “bermain-main saja walau berbakat” menjadi latihan “teknik dan muscle memory”. Di Jerman penjurusan sekolah dimulai ketika kelas 4 SD, atau sekitar usia 10 tahun.

Rasulullah SAW, mulai magang berdagang bersama pamannya ke Syams sekitar usia 10  atau 11 tahun.

Abu Bakar ra, mengatakan ada dua hal yang paling utama untuk dikenal, yaitu kenal Allah dan kenal diri. Menurut saya kenal Allah (fitrah keimanan) dan kenal diri (fitrah bakat) sebaiknya sudah selesai di usia 10 tahun.

=====================

TANYA
*Fitrah Keimanan, Sholat masih terpaksa*
1⃣Bunda Erva (Bekasi) dan Bunda Santi (Bekasi)

Assalamu'alaikum..
Anak sy sampai dg 10 thn shalat masih harus disuruh dan terburu buru. Orgtua sdh berusaha dg memukul sayang namun sang anak jadi marah dan shalatnya terpaksa. Orgtua Ridha dg cobaan ini dg terus berusaha dan berdoa  tiada henti utk menumbuhkan kesadaran anak.

1. Bagaimana jika seorang anak yg sampai dg 10 tahun belum tumbuh keimanan dg sadar akan pentingnya shalat?
---------------------------
Aslm, Bila anak usia 13 thn, blm sholat dg ksadaran sendiri, apa yg hrs sy lakukan. latar belakang anak tsb: masa kecil, orgtua sibuk bekerja. Dahulu sangat kurang dekat dg anak, menyampaikan segala sesuatu hubungan berdua bisa dibilang sangat jarang...

Sekarang hidayah itu datang, sehingga saya sudah tidak bekerja lagi. Saya ingin dekat dg anak, tetapi kondisi anak spt ini...

Satu sisi lainnya usia 7-14 tahun adalah masa penjara bagi anak, setelah masa anak sbg raja usia 0-7 thn.

2. Apa yg harus sy lakukan, satu sisi tak boleh berbuat sesuatu yg membangkitkan memori negatif tentang kita, terlebih baru 2 tahun ini sy dekat dengannya. Satu sisi, lebih dr 7 thn harus dipukul.
3. Konsekuensi apa yg pas diterapkan pd kondisi ini.

JAWAB
1. Jika anak di atas usia 7 tahun masih belum tumbuh kesadarannya akan sholat maka itu pertanda fitrah keimanannya tidak tumbuh baik pada usia 0-7 tahun. Penyebabnya beragam, namun umumnya di masa itu kita barangkali terlewat untuk membangun gairah cintanya pada Allah, Rasulullah SAW dan Islam melalui keteladanan  dan atmosfir keshalihan yang berkesan mendalam sehingga menjadi imaji2 positif yang terpatri kuat. Mengajarkan keimanan tentu berbeda dengan membangkitkan gairah fitrah keimanannya.
Jika pada tahap usia 0-7 tahun kita terlewat dan mendapatkan anak sulit disuruh sholat, kemudian kita memukulnya pada usia 13 tahun, itu berarti kita yang zhalim.  Kecuali kita sudah melakukan hal2 di atas tadi ketika anak berusia 0-7 tahun.
Maka saran banyak pakar adalah dengan mengulang prosesnya, membangun kembali gairah cintanya pada Allah dengan keteladanan yang lebih dalam dan atmosfit keshalihan yang lebih berkesan dan intensif. Caranya diantaranya adalah dengan menginapkannya di rumah keluarga shalihah dimana ada sosok ayah dan ibu yang bisa memberikan keteladanan yang lebih berkesan. Saya pribadi menganjurkan bagi anak mulai usia 11 tahun sebaiknya diberikan Maestro (pendamping bakat) dan Murobby (pendamping akhlak). Sepanjang hidup kita, kita semua membutuhkan Murobby dan Maestro dalam kehidupan kita.
2. Tetap bersyukur dan optimis bahwa tiap anak pasti istimewa dalam semua aspek termasuk keimanan, karena mereka telah ditakdirkan untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi dan beribadah kepada Allah. Di usia 10 tahun memang boleh dipukul, namun ini lebih ke warning apabila semua proses sudah kita lakukan.
Usia 11-14 fitrah bakat sudah mulai perlu dikembangkan sejalan energi dan kompetensi anak meningkat, maka manfaatkan ini untuk mengembangkan potensi dirinya. Semakin dia mengenal dirinya, maka semakin mudah diajak untuk mengenal Tuhannya.
3. Tidak ada konsekuensi jika tidak ada pendidikan yang benar pada tahap sebelumnya. Yang ada adalah mengulang proses lebih intens dan fokus pada cahayanya bukan pada kegelapannya ✅

TANYA
*Anak ingin di Pesantren*
2⃣Bunda Ainy (Bekasi) dan Bunda Inggrid (Bekasi)

Ass.wr.wb.
Ust Harry yg dirahmati Alloh...
1. Saya ada niat buat mesantrenkan anak di usia 4 SD apa diperbolehkan ya? Apakah sama dengan magangnya Rasulullah 😅 melepas anak diusia sedini itu menurut HE bagaimana ya?

2. Saya ingin bertanya, apakah anak 10 thn yang belum benar2 lulus fitrah keislamannya, tapi berniat dengan keinginannya sendiri untuk melanjutkan SMP ke pesantren, apakah akan maksimal hasilnya atau sebaiknya tidak usah mondok (boarding school) saja? karena jauh dari orang tua khawatir gak ada yg monitor.

3. Apakah masih bisa dikembangkan lagi fitrah keislamannya di sisa satu tahun sebelum SMP? mohon tips dan masukannya.

JAWAB
2⃣bunda Ainy dan bunda Inggrid yang baik di Bekasi,
1. Anak sejak usia 11 tahun memang sudah boleh bahkan dianjurkan dimagangkan. Magang adalah proses menumbuhkan fitrah khususnya fitrah bakat dengan pendampingan intensif agar fitrah lainnya tidak terabaikan, dalam hal ini fitrah seksualitas.
Setelah riset dan diskusi panjang juga menelaah Kitabullah, kami tidak menemukan landasan yang kokoh mengirimkan anak yang belum aqilbaligh (15 tahun) untuk dididik sepenuhnya pada lembaga. Banyak kasus penyimpangan fitrah terjadi jika memisahkan anak dari pendidikan orangtuanya sebelum dia matang/mature/aqilbaligh.
Penyimpangan fitrah itu bisa saja mudah dilihat, bisa juga tidak terlihat segera.
Yang kami temukan untuk usia sebelum aqilbaligh adalah konsep homestay, yaitu menitipkan anak pada keluarga shalihah dengan sosok ayah ibu lengkap, bukan konsep boarding.
Konsep pesantren tempo dulu untuk anak di bawah 15 tahun adalah konsep himestay, tinggal di rumah kyai dan nyai atau ustadz n ustadzah di sekitar pesantren dengan sosok ayah ibu utuh. Asrama diberikan pada anak yg sdh menjadi pemuda atau aqilbaligh.
Konsep pesantren hari ini lebih kepada boarding school di Eropa, tanpa sosok kyai dan nyai, tidak ada homestay dan diseragamkan uti semua usia di asrama.
Silahkan dipilih pesantren yang bisa memenuhi penumbuhan aspek2 fitrah di atas.
2. Saran saya sebaiknya dipetakan dahulu dengan teliti dan seksama perkembangan fitrah2nya, lalu dilihat seberapa siap dan seberapa banyak pesantren yang dituju dapat mendukung perkembangan semua aspek fitrahnya. Saya melihat banyak pesantren yang tidak mensupport pengembangan fitrah bakat anak.
3. Sepanjang manusia hidup selalu ada kesempatan mengembalikan fitrah keimanannya termasuk fitrah lainnya. Hanya kita harus memahami metodenya dan senantiasa memohonkan kemudahan dan kebaikan kepada Allah ✅

Sumber: grup HEbaT Malang

Dua Orang Baik tapi Mengapa Perkawinan Tidak Bahagia?

Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil saya melihatnya begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur untuk ayah karena lambung ayah kurang baik.

Setelah itu, masih harus memasak nasi untuk anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan...

Setiap sore, ibu selalu menyikat panci supaya tidak ada noda sedikitpun.

Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan rumah agar tidak berdebu.

Ibu adalah seorang wanita yang sangat rajin. Namun, di mata ayah, ibu bukan pasangan yang baik. Tidak hanya sekali ayah menyatakan kesepian dalam perkawinan, tapi saya tidak memahaminya...

Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu dan saat libur ayah punya waktu untuk mengantar kami ke sekolah. Ia seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berprestasi dalam pelajaran.

Ayah adalah seorang laki-laki yang baik di mata anak-anak, ia besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.

Hanya saja, di mata ibu, ia bukan pasangan yang baik. Kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam-diam.

Saya melihat dan mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka. Seharusnya mereka layak mendapat perkawinan yang baik. Saya bertanya pada diri sendiri, *"Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?"*

Setelah dewasa, akhirnya saya memasuki perkawinan dan perlahan-lahan saya mengetahui jawaban itu...

Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, rajin bekerja dan mengatur rumah dengan sungguh2 berusaha memelihara perkawinan sendiri.

Anehnya, saya tidak merasa bahagia dan suamiku sepertinya juga tidak bahagia. Saya merenung, mungkin rumah kurang bersih, masakan tidak enak, lalu dengan giat saya membersihkan rumah dan memasak dengan sepenuh hati.

Namun, rasanya, kami berdua tetap tidak bahagia. Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan rumah, suami saya berkata, "temani aku sejenak mendengar alunan musik!"

Dengan mimik tidak senang saya berkata, "Apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum dipel?"

Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan Ibu. Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkawinan mereka. Ada beberapa kesadaran muncul...

Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah yang tidak mendapat apa yang dia butuhkan dalam perkawinannya.

Waktu ibu habis untuk membersihkan rumah pada hal yg dibutuhkan ayah adalah menemaninya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan. Ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih namun ibu jarang menemani ayah. Ia berusaha mencintai ayah dengan caranya.

KESADARAN MEMBUAT SAYA MEMBUAT KEPUTUSAN YANG SAMA

Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.

Saya bertanya pada suamiku, "Apa yang kau butuhkan?"

"Aku membutuhkanmu untuk menemaniku... Rumah kotor sedikit tidak apa-apa.." ujar suamiku.

Saya kira dia perlu rumah yang bersih, ada yang memasak, dst.

"Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku."

Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut. Kami meneruskan menikmati kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara yang diinginkan pasangan kita.

Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja. Begitu juga suamiku, dia menderetkan sebuah daftar kebutuhanku.

Puluhan kebutuhan yang panjang dan jelas. Misal: Waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk setiap pagi, memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat, dstnya.

Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yang sulit. Misal: "dengarkan aku, jangan memberi komentar". Ini adalah kebutuhan suami.

Kalau saya memberinya usul, dia bilang dirinya merasa tampak seperti orang bodoh. Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.

Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya, kalau tidak saya hanya mendengarkan dengan serius...

Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yang sulit dipelajari, namun jauh lebih bermakna dalam pernikahan kami...

Bertanya pada pasangan kita, *"Apa yang kau inginkan?" ternyata dapat menghidupkan pernikahan.*

Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah dan ibu tidak bisa bahagia, MEREKA TERLALU BERSIKERAS MENGGUNAKAN CARA SENDIRI DALAM MENCINTAI PASANGANNYA, BUKAN MENCINTAI PASANGANNYA DENGAN CARA YANG DIINGINKAN PASANGANNYA.

Kita mungkin sangat lelah melayani pasangan kita, namun dia tidak menghargai... Akhirnya kita kecewa dan hancur.

Tuhan telah menciptakan perkawinan, maka menurut saya, SETIAP ORANG PANTAS DAN LAYAK MEMILIKI SEBUAH PERKAWINAN YANG BAHAGIA, asalkan cara yang kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan oleh pasangan kita!

*Ustadz Satria Hadi Lubis*
Diposkan oleh Bp. Igo dari grup HEbat Malang

Tekhnik Pendidikan Pre Aqil Baligh 0-7thn

🍁🍀🍁🍀🍁🍀🍁🍀🍁
Subject Matter Expert (SME):

*Bunda Septi Peni Wulandani*

Founder IIP sekaligus praktisi HE sejak 1996

🍁🍀🍁🍀🍁🍀🍁🍀🍁

Pada anak usia 0-7 tahun, anak dibuat kaya wawasan. Memperkaya wawasan berbeda dengan menjejalkan (outside in).

Memperkaya wawasan dalam perspektif pendidikan berbasis fitrah adalah dengan keyakinan bahwa tiap anak sudah memiliki fitrah belajar, konsep-konsep dasar berpikir, sehingga mampu menalar. Tugas kita sebagai orang tua adalah menyadarkan anak-anak dengan menginspirasi, menunjukkan, mengencourage dstnya, sehingga mereka akan belajar dengan sendirinya. Istilahnya kerennya, “dont too much teaching, but more learning”.

Usia 0-2 tahun adalah masa anak-anak mengikat bonding fisik dan psikis dengan kedua orangtuanya, terutama ibu yang menyusui. Kita boleh menganggap anak-anak sebagai seorang bayi "hanya" di usia ini (0-2 tahun). Mengapa ditekankan "hanya" karena banyak diantara kita memperlakukan anak-anak di bawah 5 tahun (balita) sebagai bayi, contohnya : semua serba dibantu.

Usia 0-2 tahun hak anak adalah mendapatkan makanan terbaik untuk fisiknya yaitu ASI, maka penuhilah secara tuntas. Sambil menyusui selalu masukkan harapan anda dari lubuk hati yang terdalam.

Ayah jangan lewatkan moment ini, ikutlah berpartisipasi aktif bermain dengan anak-anak usia 0-2 tahun. Berikan sentuhan kasih sayang ke anak, ajaklah mereka bicara menjelang tidur, tanamkan value keluarga anda kepada anak-anak sedini mungkin.

Memasuki usia 2-7 tahun (thufulah) saatnya kita menanamkan ketauhidan dengan sangat kuat. Di usia inilah (2-7th) anak-anak sedang membangun pola, maka jangan sampai salah. Berikan teladan yang benar. Hati-hati jangan sampai anak-anak gagap value di usia ini. Antara apa yang anda katakan dengan apa yang mereka lihat. Apabila anak-anak usia 2-7 th melakukan kesalahan, tidak bisa kita biarkan, harus segera dibetulkan saat itu juga, karena itu masa pembentukan pola. Di usia ini orang tua harus tegas, karena itu masa pembentukan, semakin bertambah usia makin longgar.

Panduan teknis untuk mengembangkan fitrah anak di usia 0-7 tahun yaitu:

a. Fitrah Keimanan : mulailah mengenal Allah s.w.t dan menikmati segala kebesarannya

b. Fitrah Belajar : kuatkanlah bahasa ibu anak-anak serta explored isi alam ini dengan kegiatan bermain bersama di alam

c. Fitrah Bakat : tour de talent, gunakan waktu anda untuk melihat segala macam bakat yg diberikan Allah ke setiap orang, sehingga fitur unik ini digunakan untuk menjalankan misi hidupnya. Explore bakat anak.

Salah satu contoh dengan mengajak anak untuk melihat keanekaragaman bakat/profesi yang ada di muka bumi ini, agar mereka kaya wawasan, sehingga kaya akan mimpinya untuk masa depan

d. Fitrah Perkembangan: Gunakanlah pola rasul dlm menguatkan fisik anak, mulai pola makan, pola tidur, pola OR dll

======================
Diposkan oleh Bp. Igo dari grup HEbat Malang

Sabtu, 24 September 2016

Keranjang Tempat Air Mineral untuk Pot Tanaman Hias

Sudah lama keranjang tempat air mineral rusak ini menunggu abang-abang keliling yang mau beli barang-barang bekas semacam plastik, besi, dll untuk kemudian ditukar dengan bak plastik, sendok, piring atau apa saja sesuai dengan kesepakatan.

Lama menunggu, yang ditunggu tidak datang-datang hingga muncul ide untuk menjadikannya sebagai pot hias.

Nah, jadilah seperti di foto. Tanamannya belum 'jadi' sih, ada yang masih baru kelihatan daunnya sedikit. Tapi semoga bisa menginspirasi :)

Minggu, 18 September 2016

Roti Manis No Timbangan

Sekarang resep ini jadi andalan. Selain membuatnya mudah, rasanya pun lumayan. Apalagi bagi pemula dan sambil gendong bayi yang ogah ribet, resep ini oke lah.

Beberapa kali membuat, alhamdulillah sukses. Rasa dan isi pun bisa dimodifikasi sesuai selera.

BAHAN
- 2,5 gelas tepung terigu protein tinggi. Kalau tidak ada, pake yang sedang juga nggak apa2, cuma jadinya kue agak seret. Tapi kue yang di gambar saya pake terigu protein sedang, tapi saya tambahkan dengan
- 2 genggam ubi jalar potong kubus, kukus lalu hancurkan biar teksturnya lebih lembut
- 3 sdm gula pasir
- 1/2 sdt garam
- 1/2 sdm fermipan
- 1 sdm susu bubuk
- 1/2 gelas air
- 1 butir telur
- 3 sdm mentega

CARA MEMBUAT
1. campur semua bahan, uleni hingga kalis
2. diamkan hingga mengembang minimal 2x lipat
3. Kempiskan adonan, bagi jadi delapan, diamkan
4. Oles dengan susu cair dan keju
5. Oven selama sekitar 20 menit hingga permukaan kecoklatan

Sabtu, 17 September 2016

LOMBA LINGKUNGAN DALAM RANGKA HUT RI KE-71

Alhamdulillah, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya, tanggal 16 September 2016 terlaksana penilaian dalam rangka lomba lingkungan antarranting di Cabang Kendenglembu.

Pelaksanaan lomba ini sebenarnya tidak mendadak, tapi telah diberitakan sejak dua minggu sebelumnya. Bahkan isu lomba telah berdengung sejak sebelum bulan Agustus, bahwa pelaksanan lomba lingkungan adalah selama Bulan Agustus,  namun pada pertemuan Cabang tanggal 16 Agustus 2016, dipastikan bahwa pelaksanan lomba adalah tanggal 12 s.d 17 September, dan pada 13 September dipastikan jadwal lomba pada tanggal 15 dan 16 September. Sumber Manis tanggal 16 September kunjungan pertama.

Seharusnya banyak waktu untuk mempersiapkan lingkungan, namun karena kesibukan pekerjaan di afdeling, persiapan baru bisa kami laksanakan H-2. Sebatas bersih- bersih saja. Karang kitri kolektif banyak ada dua gulud yang kosong. Pembibitan kolektif kosong.  Sementara di perumahan karyawan yang kosong karang kitri juga belum sempat kami tanami, hanya kami perbarui guludannya dan kami pangkas pagar hidupnya.

Adapun yang menjadi juri ada lima orang, yaitu Bapak Manager Kebun Kendenglembu Bp Winarto, Ibu Ketua Ny. Winarto, Bapak Wakil Manager Bp. Dwi Ibu Wakil Ketua Ny. Dwi, dan Bu Mantri Ny. Muastutik.

Kami sudah pasrah saja. Saat juri datang, kalimat pertama yang lumayan membuat kami down adalah saat Bu Manager berseru sambil menunjuk pondok pembibitan, " Itu tempat pembibitan atau tempat nongkrong"
Hehehe ya saya jawab bibit kami letakan di rudin, agar mudah perawatnnya. Tidak bohong. Benar adanya, hanya saja jumlahnya sedikit, sangat kurang kalau kriteria pembibitan dimasukkan dalam penilaian.

Memang lomba kali ini saya lebih santai karena penilaiannya meliputi:
1. Lingkungan, meliputi:
    - pagar hidup
    - karang kitri masing- masing rumah (karang kitri, toga dan pembibitan kolektif tidak dinilai)
    - karang sari dan pot gantung
2. Limbah dan pembuangan: adanya saluran air dan jurang sampah yang memadai
3. Tata laksana rumah tangga:
    - ventilasi yang baik
    - tata letak barang (tidak ada barang menumpuk di atas lemari)
    - foto keluarga diletakkan di ruang keluarga, bukan ruang tamu.

Meskipun persiapan yang kami lakukan kami rasa belum maksimal sebenarnya, tapi alhamdulillah kami bertahan di juara kedua kategori A setelah Ranting Gentengan.

Kategori dibagi menurut luasang ranting. A untuk ranting luas dan jumlah KK banyak, dan B yang kecil KK sedikit.

Adapun yang menjadi juara kategori B adalah Pabrik Pager Gunung dan Kampung Baru.

Alhamdulillah, semua ini atas kerja sama semua pihak, terutama dukungan Pak Nuris Irawan sebagai astan.

Jadi tambah semangat kan... :)

Keterangan foto:
1. Foto lengkap pengurus IIK Ranting Sumber Manis bersama juri setelah keliling lingkungan
2. Foto ibu ketua ranting bersama ketua dan wakil ketua cabang setelah penyerahan hadiah lomba
3. Foto Bp. Winarto melakukan penilaian lingkungan Sumber Manis
4. Foto Ny. Winarto melakukan penilaian lingkungan Sumber Manis

Senin, 12 September 2016

Rudin Sumber Manis

Perjalanan kami masih akan berlanjut. Entah sampai kapan dan kemana kaki kami akan melangkah selanjutnya. Atau mungkin akan terhenti sebentar lagi. Wallahu a'lam.

Rumah dinas pertama yang kami tempati ada di afd. Pager Gunung selama sekitar 4 bulan, kemudian ke besaran Kendenglenbu selama kurang lebih 5 bulan dan september 2013 hingga sekarang di Sumber Manis.

Dibandingkan dengan rumah dinas yang lain, rudin kami termasuk bangunan baru. Bukan peninggalan Belanda. Ukurannya juga tidak terlalu besar.

Rumah kami menghadap ke timur.

Rumah ini memiliki tiga ruangan di depan empat ruangan di belakang dan satu kamar mandi. Selain itu juga ada sumur di belakang rumah. Dua ruangan di depan kami gunakan sebagai kamar tidur, dan satu ruang besar sebagai ruang tamu. Kamar mandi memiliki dua pintu yang satu mengarah ke kamar tidur dan yang satu mengarah keluar. Ruangan di belakang yang bersebelahan dengan kamar mandi kami gunakan sebagai tempat sholat, ruang di sebelahnya kami gunakan sebagai ruang makan, kemudian dapur dan gudang.

Pekarangan yang kami miliki cukup luas. Selain karang sari dan karang kitri di depan rumah, kami memiliki tanah tegalan di selatan dan di belakang rumah yang kami manfaatkan untuk menanam beragam sayur, buah dan jamu-jamuan. Cocok sekali dengan suami yang hobi bertanamnya tidak pernah cukup.

Jumat, 02 September 2016

Tumis Selada Air

Selada air adalah sayuran yang tersedia melimpah disini. Harganya pun murah meriah, seikat besar 2000 rupiah di pedagang keliling. Oleh karena itu pedagang keliling dan warung-warung di sekitar rumah banyak yang menjual sayur ini, dan hampir setiap hari selalu tersedia.

Saya biasanya mengolahnya dengan merebus saja sebagai sayur lalap ayam goreng atau sambel teri. Sesuai permintaan suami yang katanya maunya cuma itu. Hehehe.

Hari ini saya ingin mencoba mengolah menjadi sesuatu yang lain. Setelah browsing gambar, saya tertarik dengan gambar dari situs cookpad yang di posting oleh khadija alathas. Saya pun mencoba resepnya dengan sedikit modifikasi karena suami tidak suka pedas dan juga keterbatasan bumbu di dapur. Hee, maaf, soalnya jauh warung mau belanja masih nenteng balita dua jadi pikir-pikir.

Nah, berikut resepnya:
Bahan
- 1 genggam selada air
- sejumput udang rebon
- 1/4 sdt gula merah

Bumbu halus
- 3 bh bawang merah
- 2 bh bawang putih
- 1/2 sdt garam

Cara membuat:
1. Tumis bumbu halus bersama udang rebon dan sedikit minyak goreng hingga bumbu matang
2. Masukkan selada air, aduk hingga layu, tambahkan setengah gelas air hingga selada air empuk
3. Tambahkan gula merah. Aduk-aduk, cicipi. Sudah pas? Matikan kompor. Tumis selada air siap disajikan. Yummyy...

Maaf belum sempat motret udah habis.

Resep dimodifikasi dari
Tumis Selada Air

Gunakan Imajinasi Bermain

Beberapa waktu yang lalu saya mulai melatih Fatih (34m) untuk merapikan mainannya dan mengelap yang tumpah.

Suatu sore saya pun mulai melancarkan aksi mengajak Fatih untuk merapikan mainan.
"Mas sudah hampir malam, yuk mainannya dibereskan."
"Jangan ndaa!! Jangan dimasukkan mainannya." Rupanya Fatih melarang.
"Kenapa?"
"Jangan ndaa, ndak boleh dibereskan ndaa...." Fatih hanya melarang tanpa menjelaskan alasannya. Saya pun tidak punya pilihan selain menuruti permintaannya lalu seperti biasa, merapikan sendiri setelah Fatih tidur.

Di lain waktu, saat kami makan bersama, Fatih menumpahkan kuah sayur dan saya pun menyuruh nya untuk mengelapnya.
Dia pun menolak mentah-mentah.

Beberapa kali saya mencoba, Fatih tetap demikian.
Astaghfirullah... ternyata tidak semudah yang dibayangkan.

Saya pun mengirimkan pesan pada Teh Kiki Barkiah, seorang yang sudah berpengalaman dalam mendidik anak melalui facebook, dan beliau membalas: gunakan imajinasi bermain karena usia Fatih.

Saya pun mencoba saran beliau. Suatu petang, "Wahh sudah malam nih, sudah waktu nya bobok, kasihan yaa jerapah, gajah, badak dan lego semuanya bobok di lantai... yukk diantarkan pulang yukk..."
"Iya yaa sudah malam" Fatih membantu saya memasukkan lego dan binatang-binantang ke tempatnya masing-masing. Alhamdulillah...
Di lain waktu saat siang, potongan-potongan lego dan binatang bertebaran di lantai ruang tamu. Saya pun mengambil mainan truk besar lalu berkata, "Hai kalian apakah kalian mau ikut denganku? Ayo kita naik ke bak ku." Bunda mulai memungut mainan dan memasukkan ke dalam bak truk. Fatih pun tampak senang. Dia pun membantu bunda memasukkan mainan ke dalam bak truk dan seolah-olah para mainan hendak berwisata, padahal mau dimasukkan. Hehehe... saat ada yang tercecer, bunda pun menyapa,"hai kamu mau ikut apa enggak? Ayoo naikk" lalu Fatih pun mengbil dan memasukkan ke dalam bak truk. Dan cling! Ruang tamu pun bersih kembali.

Suatu siang, saat makan, Fatih menumpahkan sayur. Bunda pun mengambil tisu. "Fatih, bunda bisa menghilangkan air yang tumpah ino. Mau tau caranya?"lalu bunda mengelap sedikit air yang tumpah.
"Taraa... hilang kann.... Fatih mau coba??" Bunda pun menyodorkan tisu pada Fatih. Fatih pun tampak senang dan mulai beraksi : Mengelap air yang tumpah. Alhamdulillah....

Yaa kini pun saya menggunakan hal-hal yang terdengar seru untuk dilakukan saat menyuruh Fatih melakukab sesuatu. Cara ini tidak selalu berhasil tapi SERING berhasil. Alhamdulillah... Terimakasih teh Kiki.