Jumat, 26 Mei 2017

Menjalin Kerjasama dengan Anak

Menjalin Kerja Sama dengan Anak

Sebagai Ratu Rumah Tangga, kita tentu memiliki aturan-aturan tertentu yang ingin anak-anak  mematuhinya. Seperti yang saya alami, saya ingin: anak-anak makan dan minum sendiri dengan rapi atau membersihkan yang tumpah, mengusap ingus, bab dan bak di kamar mandi, memakai baju dalam, jangan membawa makanan ke tempat tidur, jangan membuang2 air kran,  tidak berteriak-teriak, atau jangan menumpahkan sabun cair ke bak mandi, dll
Untuk mewujudkan semua itu, kita perlu mengkomunikasikan dengan anggota keluarga kita. Tapi tanpa kita sadari, karena perasaan kita yang sudah terpancing emosi, kita seringkali melakukan kesalahan dalam mengkomunikasikan hal-hal tersebut dengan anak-anak.
1. Menyalahkan/Menuduh
"Ini siapa sih yang keluar ruang malan nggak nutup pintu? Pasti mas Fatih ya... lihat itu ikannya hilang pasti sudah diambil kucing"
2. Mengata-ngatai
"Masa sih habis pipis nggak mau cawik (bersuci). Jijik mas... "
"Masa sih ingus nggak mau dibersihkan. Hih. Jorok banget sihh "
3. Mengancam
"Awas ya, kalau air minumnya sampai tumpah lagi, Bunda suruh ngepel sendiri nanti kamu!"
4. Perintah
"Ayo Mas... cepetan mandinya...! Bunda buru-buru nihh "
"Lihat kacangnya tumpah. Ayo ambil!
5. Menceramahi
"Bunda sudah bilang berkali-kali, kalau pipis itu ke kamar mandi, celananya dicopot dulu. Pipisnya sambil jongkok, terus disiram... biar nggak pesing... ! Terus cawik, biar najisnya hilang...! Ngerti??!!"
6. Memperingatkan
"Awas jangan main pisau, nanti tangamu putus!"
"Jangan panjat jendela, jatuh kamu nant!"
7. Sok Berkorban
"Bunda capek banget! Semuanya gara-gara Mas Fatih hari ini main-main terus bikin rumah berantakan, bunda harus bersihkan semuanya!"
"Gara-gara gendong mas Fatih sekarang tangan bunda sakit sekali"
8. Membandingkan
"Mas Fatih bangun tidur mesti nangis. Lihat adik aja, bangun tidur nggak nangis!"
9. Sarkasme
"Ya ampun... masa air minum diludahin sih? Ayo lanjutkan. Habis itu kamu minum ya. Apa kamu mau minum air yang sudah diludahin?"
"Kamu ini kok selalu pukul-pukul adik? Mau bunda pukul juga? Biar tau rasanya dipukul"
10. Ramalan
Kalau kamu lihat TV terus, main HP terus, nanti kamu nggak bisa bikin pesawat"

Contoh-contoh tersebut adalah yang pernah kami alami di rumah. Hehee kalau dituliskan ternyata kasar sekali yaa....

Nah, ada beberapa poin yang mungkin terdengar lumrah, namun ternyata itu keliru. Coba posisikan diri kita di posisi anak yang mendapat pernyataan seperti itu. Bagaimana perasaan kita? Jangankan anak-anak, kita saja sebagai orang dewasa pasti tidak suka dengan pernyataan itu. Kita tentu tidak ingin anak-anak kita tumbuh dengan perasaan membenci kita bukan?

Maka berikut adalah beberapa hal yang bisa kita lakukan agar anak-anak bisa bekerjasama dengan kita.

1. Jabarkan. Jabarkan apa yang dilihat, atau jabarkan masalahnya.
2. Berikan informasi.
3. Ucapkan kata kunci.
4. Ungakapkan yang Anda rasakan. Anak perlu tahu perasaan kita.
5. Sampaikan pesan dalam tulisan.

Maka percakapan yang saya alami bersama Fatih (3y) menjadi seperti berikut
"Kalau sudah selesai, handuknya digantung di sana ya"
"Kalau sudah penuh, matikan airnya yaa"
"Waduh, kacangnya tumpah. Ayuk, kita ambil satu-satu"
"Waduh, airnya tumpah. Ayuk ambil kain pel"
"Handuk basah kalau diletakkan di atas kasur, nanti kasurnya jadi basah juga"
"Buang-buang air itu mubadzir..."
"Airnya penuh, Le"
"Bunda malu kalau Bunda sedang tidur, pintu kamar dibuka"
"Bunda nggak suka kalau ada yang bermain-main kayu di dalam rumah, apalagi sampai kena bunda atau ngerusak-ngerusak...
"Air minum yang sudah diludahi itu banyak kumannya"
"Bunda sedang buru-buru. Kalau mas Fatih masih mau main, Bunda tunggu 5 menit lagi ya... "
"Main air boleh, asal tidak di buang-buang"
"Marah boleh, tapi tidak boleh pukul"

Di rumah, saya memiliki tmpat sholat khusus yang "bebas ompol". Siapapun yang masuk, harus menyucikan diri mereka, tanpa kecuali anak-anak. Tapi hingga mulut ini berbusa-busa, sepertinya penjelasan masih belum bisa membuatnya mematuhi aturan. Maka saya membuat tulisan yang saya tempel di pintu depan setinggi kepala Fatih: "cuci kaki dulu ya... "
Memang Fatih belum bisa membaca, hingga suatu ketika saat dia hendak memasuki tempat sholat, saya menghentikan langkahnya.
Bunda : Stop!
Fatih : (berhenti melangkah)
Bunda : sebentar Mas. Lihat ini! (Menunjuk tulisan) "CUCI KAKI DULU" Mas Fatih kalau masuk tempat sholat harus cuci kaki dulu ya...
Fatih : jadi karena ada tulisan ini Fatih cuci kaki dulu ya Nda?
Bunda : iya (saya kira Fatih akan melepas tulisan itu, lalu masuk tanpa cuci kaki)
Fatih : (melangkah ke kamar mandi untuk cuci kaki)
Saya tidak menyangka bahwa dia ternyata berusaha mematuhi aturan tersebut. Saat dia malas cuci kaki, bahkan dia hanya menunggu dan bermain di luar, atau meminta saya untuk mencucikan kakinya.

Saya tidak menjanjikan cara ini pasti berhasil, karena tujuan kita sebenarnya bukan untuk mengatur atau mengendalikan anak, tapi untuk memperlakukan anak-anak secara lebih manusiawi dan untuk memunculkan inisiatif mereka.

Faktor lain yang berpengaruh dalam menjalin kerja sama dengan anak adalah mood mereka. Saat mood mereka baik, tentu lebih mudah untuk menjalin kerjasama dibanding saat mereka sedang bad mood.

Berbicara Agar Anak Mau Mendengar dan Mendengar Agar Anak Mau Berbicara. Adele Faber dan Elanie Mazlish. Lentera Pustaka.2002.

Jumat, 19 Mei 2017

Membantu Anak Mengatasi Perasaannya

Membantu Anak Mengatasi Perasaannya

Saya biasa memberikan jawaban sebaik mungkin saat anak-anak mengeluhkan suatu permasalahn, biasanya dengan mencoba menawarkan solusi.

Misalnya pada situasi berikut:
Fatih (saya perkirakan usianya saat itu masih menjelang 3 tahun) sedih dan marah karena sari kedelai yang dijual di pedsagang sayur yang tinggal satu, dibeli oleh saskia. Di sela isak tangisnya, saya mencoba menghiburnya dengan membuatkan sendiri sari kedelai yang banyak untuknya. Fatih menolak.
Dalam situasi lain, saat Fatih sangat menginginkan untuk meminjam HP ayahnya yang sedang digunakan untuk bekerja, saya mencoba menawarkan HP saya. Fatih pun menolak, dan tetap bersikeras.
Saya tahu bahwa dia ingin makan es krim atau susu, tapi pada kondisi tertentu, karena alergi yang dimilikinya, saya melarang. Tentu dia rewel.

Suatu hal yang lumrah, anak-anak berusaha menceritakan kegalauan hatinya pada situasi:
1. Sangat marah karena berebut mainan
2. Sangat marah dengan seseorang
3. Merasa benar atas segala sesuatu
4. Sangat menginginkan sesuatu
5. Ingin mengendalikan sesuatu
6. Bersedih karena suatu hal
7. Dll,

Sebagai seorang ibu yang menyayangu anak, saya rasa pun bukan hanya saya yang mencoba membantu mereka dengan menawarkan solusi atas permasalah mereka tersebut.

Belakangan, saya mengetahui bahwa berkomunikasi dengan anak ternyata memerlukan keahlian khusus. Dan ternyata anak-anak lebih cerdas dari yang kita sangka, bahwa mereka bisa menemukan solusi atas permasalah mereka.

Masalah anak-anak memang bisa jadi sesuatu yang sederhana bagi kita, tapi bagi mereka bisa jadi sangat serius.

Sebaiknya kita tidak menyepelekan hal ini, salah-salah malah anak-anak menganggap kita adalah orang tua yang menyebalkan.

Maka berikut adalah beberapa keahlian yang perlu kita latih untuk membantu anak mengatasi perasaan mereka:
1. Tunjukkan perhatian penuh
2. Berikan respon singkat seperti, "Oh..." atau "Hmm..."
3. Beri nama perasaan itu
4. Berikan keinginan anak dalam imajinasinya

Saat mencoba keahlian ini, ingat bahwa tujuan kita adalah tidak berusaha untuk mengendalikan anak-anak atau memanipulasi perilaku anak-anak, tapi tujuan kita adalah untuk mencoba menghargai anak-anak sebagai manusia muda yang juga memiliki otak yang berproses.
Pada anak balita, menguasai keahlian ini insyaAllah bisa meminimalisir tatrum pada balita.

Situasi yang saya ceritakan di atas, tidak hanya terjadi sekali atau dua kali, namun berkali-kali. Bahkan hingga sekarang pun saat usianya sudah mencapai 3,5 tahun, situasi tersebut masih sering terulang. Hanya saja, setelah mencoba keahlian tersebut, maka yang terjadi pun berbeda.

Saat Fatih menginginkan HP ayah, sementara HP ayah sedang dipakai untuk bekerja. Saya mencoba memberikan perhatian penuh dengan menghentikan aktivitas lalu mendekatinya dan memposisikan diri sejajar dengan Fatih.
Fatih :(menangis sambil berteriak tidak jelas) Fatih mau pinjam HP ayah, Ndaaa... hua hua huaa...
Bunda : iya, Bunda mengerti Fatih pengen pinjam HP ayah, tapi tidak boleh karena masih dipakai kerja. Jadinya Mas Fatih sedih dan marah... (pada beberapa anak, respon singkat seperti "oh...", "hmm..." dan "iya... " cukup membuat anak mengerti, bahwa yang mendengar sudah menerima apa yang dimaksudkan, tapi untuk Fatih, menurut kebiasaan dia akan terus mengulangi apa yang dia keluhkan hingga saya mengulangi kalimatnya untuk membuatnya mengeri bahwa saya menangkap maksudnya)
Fatih : huaa... hua... hua... ayah nggak boleh kerja, Nda...
Bunda : iya,bunda mengerti, Mas Fatih pengen pinjam HP ayah tapi nggak boleh, jadinya Mas Fatih marah dan sedih (saya memberi nama perasaannya: marah dan sedih)
Fatih : hua ... hua... hua...
Bunda : (diam mendengarkan)
Fatih : (Beberapa saat kemudian, isaknya sudah mulai jarang, lalu mulai berkata) Ayah mana, Nda? Fatih mau ikut ayah saja ahh... (sudah menemukan solusi)
Di lain kesempatan, saat Fatih merengek hendak pinjam HP ayahnya lagi, di akhir dialog dia bertanya, "Kalau HP bunda dimana?"
D lain kesempatan, bahkan dia mencoba memberikan hal (mainan) yang menurutnya bisa membuat ayahnya tertarik sehingga meletakkan HPnya dan memilih mainan #hahaha

Saat Fatih sedang ingin makan es krim, tapi kondisi fisiknya tidak memungkinkan karena kurang sehat, diare atau flu
Fatih : Fatih mau es krim Nda,
Bunda : Hmm... enak ya kalau bisa makan es krim (saya mencoba memberikan apa yang dia inginkan dalam imajinasinya)
Fatih : Sedaaappp...
Bunda : Tapi mas Fatih kan masih batuk... (sebagai pengganti dari perkataan "Tidak boleh, kamu kan batuk")
Fatih : (diam)
Bunda : (diam)
Fatih : nanti kalau sudah nggak batuk boleh makan es krim ya Nda... (sambil tersenyum. Fatih sudah menemukan solusinya...)
Bunda : boleh boleh boleh... (menjawab dengan riang)

Suatu ketika saya sedang terburu2 hendak membeli sayuran. Saya sengaja tidak mengajak Fatih yang saat itu sedang melihat TV. Saya menyelinap dari belakang dan mencari jalan lain yang memungkinkan Fatih tidak melihat saya keluar. Karena jika Fatih tau saya belanja tanpa mengajaknya dia pasti akan marah. Sepulangnya, saya menemukan Fatih sudah menangis di depan rumah. Wahh, ini... jika biasanya saya sedikit terpancing emosi dan mengalihakan dengan hal lain sehingga membuat Fatih jadi tatrum, maka saat itu saya memilih untuk tenang, meletakkan sayur ke kulkas dulu lalu mendatangi Fatih.
Fatih : sayurnya dibuang ajaaa... hua hua huaa...
Bunda : Mas Fatih marah karena nggak diajak sama Bunda beli sayuran
Fatih : huaaa huaaa huaaaaa sayurnya dibuang aja (tambah kenceng)
Bunda : iya, bunda ngerti, Mas Fatih marah, jadi pengen sayurnya dibuang aja...
Fatih : [mulai surut volume tangisannya]
Bunda : Bunda ngerti mas Fatih pengen ikut Bunda ke Cak Awi, Mas Fatih pengen beli jajan, tapi Bunda nggak ajak Mas Fatih... jadi Mas Fatih marah...
Fatih : (diam, lalu tampak memperhatikan hal lain)
Bunda : Mas Fatih tadi lagi lihat apa? Yuk kita lihat sama-sama ...
Fatih : ayuukkk.... (sudah ceria lagi)

Saat anak curhat, pun respon saya juga jadi lain. Jika biasanya saya merespon dengan pertanyaan atau solusi. Kini saya hanya merespon dengan mengulangi ceritanya, dan ceritanya akan mengalir alami.

Pada anak lain mungkin tidak suka dengan pengulangan ini, yang terdengar seperti burung beo. Sehingga pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari bisa bervariasi, tergantung pada karakter ibu dan anak.

Berbicara Agar Anak Mau Mendengar dan Mendengar Agar Anak Mau Berbicara. Adele Faber dan Elanie Mazlish. Lentera Pustaka.2002.

Minggu, 26 Februari 2017

Fatih Bisa Pasang Baterai Mainan

Biasanya masih sering terbalik meskipun sudah diberi tau, hari ini sudah bisa pasang sendiri berkali-kali betul.

Selasa, 21 Februari 2017

MELATIH KEMANDIRIAN ANAK

*Institut Ibu Profesional*
_Materi Bunda Sayang Sesi #2_

*MELATIH KEMANDIRIAN ANAK*

_Mengapa melatih kemandirian anak itu penting?_

Kemandirian anak erat kaitannya dengan rasa percaya diri. Sehingga apabila kita ingin meningktkan rasa percaya diri anak, mulailah dari meningkatkan kemandirian dirinya.

Kemandirian erat kaitannya dengan jiwa merdeka. Karena anak yang mandiri tidak akan pernah bergantung pada orang lain. Jiwa seperti inilah yang kebanyakan dimiliki oleh para enterpreneur, sehingga untuk melatih enterpreneur sejak dini bukan dengan melatih proses jual belinya terlebih dahulu, melainkan melatih kemandiriannya.

Kemandirian membuat anak-anak lebih cepat selesai dengan dirinya, sehingga ia bisa berbuat banyak untuk orang lain.

_Kapan kemandirian mulai dilatihkan ke anak-anak?_

Sejak mereka sudah tidak masuk kategori bayi lagi, baik secara usia maupun secara mental. Secara usia seseorang dikatakan bayi apabila berusia 0-12 bulan, secara mental bisa jadi pola asuh kita membiarkan anak-anak untuk selalu dianggap bayi meski usianya sudah lebih dari 12 bulan.

Bayi usia 0-12 bulan kehidupannya masih sangat tergantung pada orang lain. Sehingga apabila kita madih selalu menolong anak-anak di usia 1 th ke atas, artinya anak-anak tersebut secara usia sudah tidak bayi lagi, tetapi secara mental kita mengkerdilkannya agar tetap menjadi bayi terus.

_Apa saja tolok ukur kemandirian anak-anak?_

☘Usia 1-3 tahun
Di tahap ini anak-anak berlatih mengontrol dirinya sendiri. Maka sudah saatnya kita melatih anak-anak untuk bisa setahap demi setahap meenyelesaikan urusan untuk dirinya sendiri.
Contoh :
✅Toilet Training
✅Makan sendiri
✅Berbicara jika memerlukan sesuatu

🔑Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak-anak di usia 1-3 th  adalah sbb :
👨‍👩‍👦‍👦 Membersamai anak-anak dalam proses latihan kemandirian, tidak membiarkannya berlatih sendiri.
👨‍👩‍👦‍👦 Mau repot di 6 bulan pertama. Bersabar, karena biasanya 6 bulan pertama ini orangtua mengalami tantangan yang luar biasa.
👨‍👩‍👦‍👦Komitmen dan konsisten dengan aturan

Contoh:
Aturan berbicara :
Di rumah ini hanya yang berbicara baik-baik yang akan sukses mendapatkan apa yang diinginkannya.

Maka jangan pernah loloskan keinginan anak apabila mereka minta sesuatu dengan menangis dan teriak-teriak.

Aturan bermain:
Di rumah ini boleh bermain apa saja, dengan syarat kembalikan mainan yang sudaj tidak dipakai, baru ambil mainan yang lain.

Maka tempatkanlah mainan-mainan dalam tempat yang mudah di ambil anak, klasifikasikan sesuai kelompoknya. Kemudian ajarilah anak-anak, ambil mainan di tempat A, mainkan, kembalikan ke tempatnya, baru ambil mainan di tempat B. Latih terus menerus dan bermainlah bersama anak-anak, jadilah anak-anak yang menjalankan aturan tersebut, jangan berperan menjadi orangtua. Karena anak-anak akan lebih mudah mencontoh temannya. Andalah teman terbaik pertama untuknya.

☘Anak usia 3-5 th
Anak-anak di usia ini sedang menunjukkan inisiatif besar untuk melakukan kegiatan berdasarkan keinginannya
Contoh :
✅ Anak-anak lebih suka mencontoh perilaku orang dewasa.
✅Ingin melakukan semua kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya

🔑Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia 3-5 th adalah sbb :
👨‍👩‍👦‍👦Hargai keinginan anak-anak
👨‍👩‍👦‍👦Jangan buru-buru memberikan pertolongan
👨‍👩‍👦‍👦 Terima ketidaksempurnaan
👨‍👩‍👦‍👦 Hargai proses, jangan permasalahkan hasil
👨‍👩‍👦‍👦 Berbagi peran bersama anak
👨‍👩‍👦‍👦 Lakukan dengan proses bermain bersama anak

Contoh :
✅Apabila kita setrika baju besar, berikanlah baju kecil-kecil ke anak.
✅Apabila anda memasak, ajarkanlah ke anak-anak masakan sederhana, sehingga ia sdh bisa menyediakan sarapan untuk dirinya sendiri secara bertahap.
✅Berikanlah peran dalam menyelesaikan kegiatannya, misal manager toilet, jendral sampah dll. Dan jangan pernah ditarget apapun, dan jangan diberikan sebagai tugas dari orangtus.Mereka senang mengerjakan pekerjaannya saja itu sudah sesuatu yang luar biasa.

☘Anak-anak usia sekolah
Apabila dari usia 1 tahun kita sudah menstimulus kemandirian anak, mka saat anak-anak memasuki usia sekolah, dia akan menjadi pembelajar mandiri. Sudah muncul internal motivation dari dalam dirinya tentang apa saja yang dia perlukan untuk dipelajari dalam kehidupan ini.

⛔Kesalahan fatal orangtua di usia ini adalah terlalu fokus di tugas-tugas sekolah anak, seperti PR sekolah,les pelajaran dll. Sehingga kemandirian anak justru kadang mengalami penurunan dibandingkan usia sebelumnya.

🔑Kunci orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia sekolah
👨‍👩‍👦‍👦Jangan mudah iba dengan beban sekolah anak-anak sehingga semua tugas kemandirian justru dikerjakan oleh orangtuanya
👨‍👩‍👦‍👦Ijinkan anak menentukan tujuannya sendiri
👨‍👩‍👦‍👦Percayakan manajemen waktu yang sudah dibuat oleh anak-anak.
👨‍👩‍👦‍👦Kenalkan kesepakatan, konsekuensi dan resiko

Contoh :
✅Perbanyak membuat permainan yang dibuatnya sendiri ( DIY = Do It Yourself)
✅Dibuatkan kamar sendiri, karena anak-anak yang mahir mengelola kamar tidurnya, akan menjadi pijakan awal kesuksesan ia dalam mengelola rumahnya kelak ketika dewasa.

☘Ketrampilan-ketrampilan dasar yang harus dilatihakan untuk anak-anak usia sekolah ini adalah sbb:
1⃣Menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya
2⃣Ketrampilan Literasi
3⃣Mengurus diri sendiri
4⃣Berkomunikasi
5⃣Melayani
6⃣Menghasilkan makanan
7⃣Perjalanan Mandiri
8⃣Memakai teknologi
9⃣Transaksi keuangan
🔟Berkarya

☘3Hal yang diperlukan secara mutlak di orangtua dalam melatih kemandirian anak adalah :
1⃣Konsistensi
2⃣Motivasi
3⃣Teladan

Silakan tengok diri kita sendiri, apakah saat ini kita termasuk orangtua yang mandiri?

☘Dukungan-dukungan untuk melatih kemandirian anak
1⃣Rumah harus didesain untuk anak-anak
2⃣Membuat aturan bersama anak-anak
3⃣Konsisten dalam melakukan aturan
4⃣Kenalkan resiko pada anak
5⃣Berikan tanggung jawab sesuai usia anak

_Ingat, kita tidak akan selamanya bersama anak-anak.Maka melatih kemandirian itu adalah sebuah pilihan hidup bagi keluarga kita_

Salam,

/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

_Sumber bacaan_:

_Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang, antologi, gaza media, 2014_
_Septi Peni, Mendidik anak mandiri, pengalaman pribadi, wawancara_
_Aar Sumardiono, Ketrampilan dasar dalam mendidikan anak sukses dan bahagia, rumah inspirasi_

Senin, 20 Februari 2017

KEJAR AYAH

Pagi itu, ayah buru2 berangkat ke kantor dan tidak berpamitan dengan Fatih. Alasanya biasanya Fatih suka merengek ikut kalau dipamiti.

Tidak disangka, Fatih yang mendengar suara motor ayah saat ayah berangkat kerja berlari keluar rumah sambil menangis berteriak hendak ikut. Bunda mencoba menenangkan. Tapi Fatih bersikeras mau mengejar ayah.
Bunda turuti saja kemauannya. Saat itu masih pagi dan memang sejak tadi malam bunda berniat mengajak Fatih jalan-jalan naik gunung.

Jarak dari rumah ke kantor sekitar 1km naik-turun bukit. Sebelumnya, kami pernah mengejar ayah ke kantor Kendeng Lembu hingga di puncak bukit seorang karyawan lewat hingga Fatih saya ikutkan menumpang di sepeda motornya. Kali ini saya turuti saja kemauannya jalan kaki dengan pemikiran bahwa kalau sudah capek Fatih mau turun kembali pulang sendiri. Sedangkan saya sambil menggendong Sofia.

Di luar dugaan saya, ternyata Fatih masih kuat berjalan naik hingga turun bukit sekitar 1km. Saya bujuk pulang menolak, pokoknya hingga ketemu sama ayah.

Saya menyerah. Hingga kami tiba di pos 6. Kami istirahat duduk dulu. Tidak sampai 10 menit ayah lewat dan terkejut melihat kami disini. Setengah tidak percaya kami telah berjalan kaki.

Ya Fatih... sekarang bunda tau mengapa kamu dipasangkan dengan Bunda. :)

Rabu, 15 Februari 2017

Hidup Berani

Hidup harus berani. Menikahi yang dicintai atau mencintai yang dinikahi. Jangan sampai, kaki melangkah sementara mulut mencela dan hati mengingkari.

Minggu, 29 Januari 2017

SOFIA BULAN KE-16

Bulan ke-16
Pada kesempatan ini saya sekalian merapel portofolio Sofia.

0 bulan sudah bisa membuat suara selain tangisan
2 bulan sudah mulai bisa diajak tersenyum
3 bulan sudah kenal dengan bunda. Menolak digendong selain ayah dan bunda
4 bulan menunjukkan tanda-tanda minta disuapi, dengan membuka mulut saat didekatkan makanan ke mulut selain itu juga sudah mulai mengambil makanan dan memasukkan makanan ke mulut. Tetapi saya belum memberinya mpasi.
5 bulan mulai tengkurap
6 bulan makan nasi lunak (tidak mau makan bubur)
7 bulan belajar telentang setelah tengkurap
8 bulan mulai hendak merangkak
9 bulan bisa merangkak
11 bulan tumbuh gigi
I12 bulan belajar jalan
>12 bulan
Yang terlihat dominan adalah perkembangan motoriknya.

Suka meniru bunda.
Peka dengan nada. Menari saat mendengar irama tertentu.
Peka dengan perubahan raut muka, tekanan suara saat orang bicara.
Menunjukkan keinginan dengan rengekan, menolak yang tidak disukai.
Mencoba makanan sebelum akhirnya menolak atau menerima.

Kalau diringkas, maka sifat uniknya adalah:
Suka musik, suka gerak badan, suka bicara, suka menangis, ekspresif, suka mencoba makanan baru.
Akrab dengan orang yang sudah benar-benar dikenal, kecuali anak kecil.

FATIH BULAN KE-38

Hari ini di grup HEbAT ada Festifal Portofolio Anak (FPA). Dimana anggota ditantang untuk membuat portofolio anak dan dipost di grup pada tanggal 30 Januari 2017.

Kebetulan hari ini Fatih tepat berusia 38 bulan. Jadi sekalian bikin portofolio untuk diikutkan di FPA HEbAT.

Lingkungan kami akrab dengan berbagai macam alat berat: excavator, grabber, buldoser, traktor besar, crane, molen dan beberapa alat berat lain yang saya sendiri belum tau pasti namanya apa. Hal ini sangat berpengaruh pada Fatih.

Fatih sudah jeli dan bisa menyebutkan nama alat-alat itu jika ditunjukkan gambarnya atau melihat wujud aslinya.

Imajinasinya pun berkembang dengan  menjadikan alat-alat rumah tangga, lego, jepit jemuran, mainan rusak, dan apa saja lalu dirangkai seolah-olah mereka adalah excavator atau grabber, dua alat berat favoritnya. Ini terjadi setiap hari dan nyaris setiap waktu.

Setelah dibelikan mainan excavator dia lebih sering memainkan excavatornya dengan dump truk di pasir.

Pernah juga dia sendiri yang berperan menjadi grabber atau excavator. Lalu menjadikan saya sebagai pabrik gula dan ayahnya yang jadi tebu. Seringkali pula saya melihat dia sendiri yang berperan sebagi grabber yang sedang memindahkan kayu.

Sifat unik lain yang saya temukan pada Fatih adalah dia peka terhadap ekspresi wajah. Ini pertama kali saya temukan pada saat di rumah uti di sumber jeruk, kalisat, jember. Uti memelihara banyak kucing di rumah. Suatu ketika Fatih tampak mengamati seekor kucing. Lalu berkata pada saya,
"Kucingnya gini ya, Nda..." sambil berekspresi menirukan ekspresi kucing.
"Kucingnya gimana, Le?" Saya bertanya lagi untuk meyakinkan bahwa dia sedang menirukan ekspresi kucing.

Lalu dia pun mencoba menirukan lagi. Masya Allah, saya sebenarnya ingin tertawa melihatnya, namun saya tahan. Saya yakin bahwa ini adalah sifat uniknya yang harus saya catat juga.
Pada kesempatan lain, dia juga menirukan dan menceritakan ekspresi wajah-wajah yang dia lihat di buku cerita yang saya bacakan.

Fatih juga peka dengan aroma. Seringkali dia berlari dari dalam rumah saat saya memasak di dapur lalu berkata "Fatih mau... mau....!" Karena mencium aroma masakan. Pernah ada bau gosong entah dari mana, lalu dia bertanya, "Bau apa ini Nda? Kok kaya gini? Kaya jagung bakar. Hmm..."

Setelah hujan reda biasanya kotoran sapi dari kandang yang berjarak 300 meter juga tercium dari rumah. Fatih biasanya berkomentar kalau itu bau kambing.

Dia juga suka berkomentar setelah mencium adiknya,"Adik harum" atau "Adik bau kecut"

Jika mendengar bunyi-bunyian dia selalu mencoba menebak-nebak bunyi apa itu. Bunyi air, angin, petir, suara orang yang kalau kenal disebut namanya, kalau dia tidak kenal dia tanyakan siapa atau dia sebut saja dengan "suara orang".

Sifat unik lain, suka bermain dengan anak-anak sebaya atau lebih besar. Sering mengajak mereka bermain bersama di rumah.

Suka aktivitas fisik: naik sepeda, berlari-lari di tempat yang luas atau lorong-lorong. Suka bermain air dan pasir.

Fatih juga sepertinya tangannya itu susah diam. Seperti "gatal" selalu ingin ngutak atik apa saja. Kalau habis kesabaran, saya yang jadi sasaran praktik: muka saya diremas, dicubit, dibentuk-bentuk.  Waduh... saya pernah menyalurkanya pada permainan play dough eh, nggak taunya malah adonan play dough dimakan.
Selain itu saya sering menyediakan buku khusus untuk coret2, atau kertas untuk digunting. Saya juga masih mencari bagaimana menyalurkan tangannya yang kelebihan energi ini.

Dia suka membantu saya memasak, bahkan sudah pandai memotong tempe dengan ukuran potongan yang sama. Dia juga sering menggunakan peralatan memasak saya untuk berpura-pura memasak. Bahan masakannya adalah lego dan mainan-mainan lainnya. Sering pula dia menggunakan lego atau mainan lain untu membuatkan saya sepotong kue yang cantik. Saya pun berpura-pura menikmatinya.

Kalau diringkas, maka sifat uniknya adalah: suka objek besar, suka mekanik, suka berpura-pura atau memainkan peran, peka terhadap aroma dan suara, suka memasak, suka berteman dan suka aktivitas fisik.

Jumat, 20 Januari 2017

Latihan #2 Mengajak tanpa Menuduh

Setiap kali mengeluhkan perilaku anak-anak, setiap kali pula ingat cerita-cerita orang tua lain tentang anaknya dan perilaku-perilaku masing-masing.

Mendidik anak adalah suatu tugas hingga waktu mereka mencapai aqil baligh yaitu sekitar usia 12 - 15 tahun. Kalau kita melakukan tindakan yang benar, InsyaAllah pada saat anak mencapai usia tersebut, kita sudah tidak perlu lagi direpotkan oleh anak-anak kita.

Bagaimanapun juga, sebagai orang tua yang terus belajar dan berproses untuk menjadi lebih baik, saya masih jatuh bangun dalam mengelola emosi. Berbuat salah lalu berusaha memperbaikinya, dan berusaha agar tidak melakukan kesalahan yang sama, adalah siklus sehari-hari. Bagaimanapun juga, doa adalah satu hal yang tidak pernah boleh ditinggalkan.

Siang ini, Fatih (3y) menumpahkan kacang dari tempatnya saat mencoba membuka kemasannya. Saya tau bahwa sebenarnya dia takut saya marah, dari tingkah lakunya seperti sudah siap hendak dimarahi.

Saat itu, saya memutuskan untuk tidak marah. Saya mengambil jeda sejenak, tarik nafas dulu. Lalu berkata
"Waduh, kacangnya jatuh... ayuk kita ambil satu persatu...." saya mulai memungut. Sofia (15m) turut membantu memungut lalu memasukkan satu ke mulutnya, dan memberikan yang satunya ke saya. Saya pun memujinya,
"Wahh... adik pintar ya, bantu Bunda ambil kacang. Makasih ya dek... "
"Kalau Fatih nulis-nulis Nda..." memang saat itu Fatih memilih untuk mencoret kertas yang dia temukan di lemari. Bunda diam saja. Fatih mengulangi lagi kata-katanya, tapi Bunda tetap diam. Lalu Fatih turun, sambil berkata, "Fatih mau bantu ambil kacang juga ahh..."
"Alhamdulillah... wah, Mas Fatih mau bantu bunda ambil kacang juga, wah... terimakasih ya nakk" kami pun memungutinya bersama.

Biasanya, setiap kesalahan yang dia lakukan, saya selalu menyuruhnya untuk bertanggungjawab. Seperti mengelap yang tumpah, membuang ke tempat sampah, mengembalikan mainan, dll.
Kalimat yang saya gunakan biasanya berupa kalimat perintah.
Seringkali dia menolak dan berakhir dengan saya sendiri yang mempertanggungjawabkan perbuatannya. Belakangan saya mengerti bahwa ternyata ada cara berkomunikasi saya yang harus saya perbaiki.
Anak-anak tidak suka diperintah, atau dituduh seperti kata-kata, "kamu yang menumpahkan " maka saya mencoba mengganti "wah, kacangnya tumpah, ayo kita pungut"
Referensi:
Berbicara Agar Anak Mau Mendengar dan Mendengar Agar Anak Mau Berbicara. Adele Faber & Elaine Mazlish.

Minggu, 15 Januari 2017

Saat Fatih Menolak Mencuci Rambut

Fatih (37m) tidak suka kalau rambutnya dicuci. Kalau ditawari selalu menolak, kalau dicuci diam2 dengan meletakkan shampo di kepala tanpa sepengetahuannya saat mandi, dia marah2 berontak.

Padahal dua hari tidak keramas saja baunya sudah menyengat. Maklum, Fatih suka aktivitas fisik dan main pasir yang kadang dihambur-hamburkan ke kepalanya. Dan seringkali hingga hampir satu minggu Fatih belum jeramas. Sehingga dari jarak dua meter sudah tercium baunya.

Bunda putar otak mencoba beberapa cara:
1. Memberi tahu bahwa rambut yang tidak dicuci maka kuman pun berkumpul disana dan jadi sarang penyakit, maka Fatih menjawab : tidak mau keramas dan tidak mau rambutnya jadi sarang penyakit

2. Merayu keramas, tapi dia tidak mau diguyur dengan gayung, tapi dengan tangan, seperti saat bunda mencuci kepala adiknya (15m). Sudah dilakukan bunda, yang terjadi adalah karena air dari guyuran tangan hanya sedikit, maka malah masuk ke matanya dan dia malah trauma tidak mau keramas lagi.

3. Memberikan pilihan: mau keramas atau rambutnya digundul seperti ipin agar tidak menjadi sarang kuman. Awalnya Fatih memilih untuk memotong rambutnya, di tengah memotong rambut, Fatih mungkin merasa tidak nyaman dengan rambut2 yang jatuh mengenai bahunya sehingga terasa gatal, maka Fatih pun minta keramas saja, saat itu Fatih minta nyiramnya pake tangan saja. Saya turuti. Beberapa hari kemudian saya menawari pilihan itu lagi, dan dia memilih keramas saja. Saya tawari dengan gayung, dia tidak menolak. Asalkan dengan air hangat. Alhamdulillah...

Jumat, 13 Januari 2017

Latihan #1 Saat Bunda Belajar Empati

Hari ini Fatih menangis lagi. Masalahnya Fatih ingin meminjam HP ayahnya. Namun ayahnya tidak mengizinkan karena hp hendak digunakan untuk kepentingan kerja. Fatih pun menangis penuh amarah. Ayahnya tetap tidak peduli.

Saya pun mencoba mengajaknya berbicara

Bunda: mas Fatih, marah ya, soalnya mas fatih mau pinjam HP ayah tapi nggak boleh...

Fatih: (masih menangis)

Bunda: iya mas...? Mas Fatih pengen pinjam HP ayah tapi nggak boleh ya? Terus mas Fatih marah ya...

Fatih: (diam)

Bunda: hmmm ... (perhatian penuh siap mendengarkan jawaban dari Fatih)

Fatih: (tiba-tiba tertawa lalu lari keliar ambil perahu mainan dan dimainkan di dekat ayahnya, seperti berharap agar ayah tertarik dengan mainan Fatih, lalu menyerahkan HPnya ke Fatih)

Bunda: (tertawa)

Ayah: (ikut tertawa) owalah leee... leeee... nih, kalau mau pinjam HP ayahh... hahhaha

(Tertawa bersama)

Penting untuk bisa menerima perasaan anak tanpa mengalihkan kepada hal lain, tanpa menggurui solusi atas permasalahannya karena anak-anak pun memiliki kemampuan menganalisis suatu permasalahan dan mencoba menemukan solusi.

Referensi:
Berbicara Agar Anak Mau Mendengar dan Mendengar Agar Anak Mau Berbicara. Adele Faber & Elaine Mazlish.

Kamis, 12 Januari 2017

Wahai anakku

Waktu akan berlalu dengan cepat.
Kau akan tumbuh mandiri dan dewasa,
Tidak lagi merengek, menggigit, menendang, meludahi bunda dan berbagai kenakalan2x anak kecil yang seringkali membuat bunda gemas...
Kau akan tumbuh dewasa dan tidak lagi memerlukan bantuan bunda untuk sekedar mengambilkan barang, cebok, minum, makan, dan minta gendong...
Ah, tiba2 saja bunda merasa kau sudah besar...
Bunda akan merindukan itu semua...
Cepatlah bangun nak, bunda rindu kamu menangis...
Doakan ya nak... agar bunda bisa tetap bersabar membersamaimu tumbuh dan berkembang,
Doakan ya nak, agar kita bisa berkumpul bersama di surga kelak... kamu, adek, bunda dan ayah... amiin...

Jumat, 06 Januari 2017

Saat Fatih Trauma Makan

Sudah dua hari ini mulut Fatih nyaris tidak tersentuh nasi. Fatih selalu menolak saat ditawari untuk makan nasi. Dia hanya mau makan sayur atau lauknya saja. Dia hanya mau menerima nasi saat malam menjelang tidur. Barangkali karena kelaparan sehingga tidak bisa tidur. Namun kuantitas yang masuk pun hanya sedikit, dua atau tiga sendok saja.

Untuk memenuhi asupan nutrisi, saya pun mencoba mengolah bahan makanan lain yang kira-kira akan diterima Fatih: ubi jalar, sari kedelai, kacang hijau, kue-kue dll. Saya pun memasak menu yang biasanya disukai Fatih: ayam goreng, dadar jagung, rawon, dll.

Saya pun merenung mencoba menelusuri penyebab Fatih menolak makan nasi.

Belakangan saya menyadari bahwa beberapa hari sebelumnya saya melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan pada Fatih. Saya memaksanya makan nasi. Ya rupanya itulah sebabnya akhirnya dia membenci nasi. Astaghfirullah... rupanya dia trauma....
Akankah begini seterusnya?
Astaghfirullah...

Saya pun memperbaiki cara saya dalam memberi asupan nutrisi.

Saya tidak lagi memaksa Fatih untuk makan nasi, tapi dia boleh makan apa saja, kecuali yang tidak boleh.

Membuat suasan makan menyenangkan. Saya lakukan dengan nonton TV. Biasanya saya larang. Kali ini saja.

Memasak menu yang dia sukai: sayur bayam, ayam krispy, usus krispy, ayam panggang bagian yang banyak tulangnya, rawon, dll. Yang penting dia seneng makan dulu. Selain itu saya juga rajin membuat sari kedelai buat jaga2 pas Fatih betul2x tidak ingin makan, maka minum sari kedelai bisa membuat kenyang, sehingga Fatih tidak rewel dan tetap ceria bermain.

Menahan marah-marah. Ini yang berat, pokoknya harus tahan... tahan... agar tidak meluap.

Berdoa... siapa yang bisa menjadikan segala sesuatu kalau bukan Allah? Maka jadikan doa sebagai salah satu ikhtiar wajib.

Alhamdulillah dalam beberapa hari, selera makan Fatih sudah kembali lagi...